Yogyakarta (ANTARA News) - Sampah yang ada di tempat pengungsian korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mencapai 1,5 ton per hari, demikian catatan Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY.

"Sampah sebanyak itu terdapat di dua tempat pengungsian, yakni Gedung Youth Center dan Stadion Maguwoharjo, Sleman," kata kata Kepala BLH DIY, Harnowati, di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, jika sampah sebanyak itu tidak cepat ditangani dan dikelola akan semakin menumpuk dan mengganggu lingkungan karena menimbulkan bau busuk dan munculnya lalat.

Dalam waktu dekat Gedung Youth Center dan Stadion Maguwoharjo akan diberi sistem pengelolaan sampah. Volume sampah yang dihasilkan kedua tampat pengungsian tersebut cukup tinggi.

Ia mengatakan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menangani pengelolaan sampah khususnya sampah organik di tempat pengungsian korban bencana erupsi Gunung Merapi tersebut.

"Penanganan dan pengelolaan sampah organik itu dilakukan dengan sistem cacah menggunakan alat bernama cruiser," katanya.

Menurut dia, penanganan sampah organik di lokasi pengungsian mendesak dilakukan karena volume sampah yang dihasilkan di tempat yang menampung ribuan orang tersebut cukup tinggi.

"Jika dibiarkan, penumpukan sampah organik akan menimbulkan bau busuk dan mengganggu kesehatan. Sampah organik yang busuk akan menyebabkan bau tidak sedap dan munculnya lalat," katanya.

Ia mengatakan, hal itu juga memicu berbagai penyakit. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan penanganan sampah di tempat pengungsian untuk dicacah dengan cruiser, selanjutnya diolah lagi oleh tim dari BLH DIY.

"Dengan demikian, aktivitas masyarakat di pengungsian tidak terganggu oleh bau busuk sampah organik dan banyaknya lalat," katanya.

Menurut dia, pihaknya akan melibatkan relawan dan pegawai BLH untuk melakukan proses penanganan dan pengelolaan sampah.

"Kami secara bertahap juga akan melakukan penanganan dan pengelolaan sampah di tempat pengungsian lain," katanya.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010