Sleman (ANTARA News) - Seorang pengungsi bencana letusan Gunung Merapi di Stadion Maguwoharjo Slemen, Yogyakarta, Minggu nekad bunuh diri dengan menceburkan diri ke selokan di sisi barat stadion yang menjadi penampungan ribuan pengungsi itu.
Sokiran (46), warga Dusun Manggong, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, tewas terseret arus selokan sejauh puluhan meter. Ia nekad bunuh diri karena tekanan psikologis setelah semua ternaknya--yang menjadi sumber mata pencaharian--mati terkena letusan Merapi.
"Korban ini kemungkinan stres sejak mengungsi di Stadion Maguwoharjo," kata Kepala Desa Kepuharjo, Heri Suprapto.
Menurut dia, korban diduga stres karena teringat akan ternaknya yang mati semua akibat terjangan lahar panas Gunung Merapi pada Jumat (5/11).
"Korban sudah menunjukkan gejala stres sejak tiga hari lalu, sesaat setelah tiba di Stadion Maguwoharjo, korban selalu bilang ingin pulang dan juga ingin mati saja," katanya.
Heri Suprapto bersama dengan para pengungsi dari Kepuharjo sudah berusaha menenangkannya dan membujukknya agar tidak melakukan perbuatan nekat tersebut.
"Namun tadi rupanya kami sedikit lengah, saat korban pamit untuk mandi ternyata dimanfaatkan untuk bunuh diri dengan mencebur di dalam selokan dan langsung terseret hingga puluhan meter dan tewas," katanya.
Heri mengatakan, selama ini Sokiran mengandalkan hidup keluarganya dari ternak sapi perah miliknya.
"Korban kehilangan empat sapi yang mati akibat terkena lahar panas, kami sudah berupaya membujuk dan memberitahu bahwa sapi-sapinya yang mati akan diganti pemerintah, namun rupanyan ia tidak mudah untuk menerima musibah ini dan memilih mengambil jalan pintas," katanya.
Ia mengatakan, atas kejadian tersebut dirinya saat ini terus berupaya mendampingi para pengungsi dari Desa Kepuharjo agar mereka tidak stres dan bisa menerima musibah ini.
"Kami terus memberikan keyakinan kepada warga yang mengungsi bahwa ini adalah ujian dari Tuhan dan semua harus tabah dalam menghadapinya, kami tidak ingin warga terlalu larut dalam keputusasaan," katanya.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010