Gunung Kidul (ANTARA News) - Jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Merapi yang datang ke kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terus bertambah mencapai sebanyak 1.779 orang.
"Pengungsi dari sejumlah wilayah yang terkena dampak dari letusan Gunung Merapi sejak Jumat (5/11) sampai hari ini sudah mencapai 1.779 orang," kata petugas dari Kantor Kesbangpolinmas dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Gunung Kidul, Bambang, di posko pengungsian `Rest Area Bunder`, Playen, Gunung Kidul, Sabtu.
Dia mengatakan bahwa jumlah pengungsi tersebut tidak terkumpul dalam satu lokasi posko pengungsian di Rest Area Bunder, Playen, Gunung Kidul, namun menyebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul.
"Pengungsi di pokso pengungsian Rest Area Bunder berjumlah 310 orang, sedangkan yang masih berada di sejumlah kecamatan ada sebanyak 1.519 orang," katanya.
Dia mengatakan pengungsi yang sebagian besar tidak berada di posko pengungsian tersebut merupakan pengungsi yang sudah datang sejak Jumat (5/11) dini hari setelah terjadi letusan dan posko pengungsian belum terbentuk.
"Posko pengungsian baru disiapkan pada Jumat sore dan resmi mulai aktif hari ini, sehingga belum semua pengungsi yang masuk Kabupaten Gunung Kidul menempati posko dan masih berada di sejumlah rumah warga," katanya.
Pengungsi yang masuk ke Kabupaten Gunung Kidul masing-masing berada di Kecamatan Semanu, Tepus, Ngawen, Ponjong, Saptosari, Patuk, Nglipar dan Kecamatan Wonosari serta di Posko pengungsian `Rest Area Bunder` Kecamatan Playen.
Dia mengatakan sudah melakukan koordinasi dengan aparat pemerintahan sampai tingkat rukun tetangga untuk melakukan pendataan dan mensosialisasikan keberadaan posko pengungsian dari Pemkab tersebut.
Sementara itu, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Gunung Kidul, Wakidi, mengatakan keberadaan pengungsi yang tidak terfokus pada satu tempat akan menyulitkan pengawasan dan pelayanan.
"Kami menghimbau untuk pengungsi yang masih berada disejumlah kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul untuk dapat segera merapat ke posko pengungsian, karena kalau tidak terfokus menjadi satu akan terkendala dalam pengawasan dan pelayanan yang diberikan," katanya.
(ANT-160/H008/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010