Beijing (ANTARA News) - Korea Utara (Korut) tetap menawarkan untuk membantu penyelidikan kapal Korea Selatan (Korsel) yang tenggelam pada Maret, kata seorang diplomat pada Jumat, menambahkan mustahil bagi Pyongyang terlibat dalam insiden tersebut.
Korut pada Selasa menawarkan untuk menyediakan sejumlah sampel torpedonya untuk membuktikan keterlibatan Pyongyang, yang disalahkan oleh penyelidikan internasional atas penenggelaman kapal perang Korsel.
Tim penyelidikan bersama antara sipil dan militer, berisi pakar dari Amerika Serikat, Australia, Inggris dan Swedia, menyimpulkan bahwa kapal selam Korut menembakkan torpedo pada Maret yang menenggelamkan kapal korvet Cheonan, menewaskan 46 pelaut.
"Itu merupakan rencana awal agar Korut mengumumkan informasi secara ilmiah setelah penyelidikan lapangan kami," kata seorang konsulat senior Jong Hyun-U di Kedutaan Besar Korut di Beijing di hadapan sejumlah kecil wartawan.
Serpihan torpedo yang ditemukan oleh Korsel setelah kejadian penenggelaman tidak mungkin berasal persenjataan Korut, karena torpedo Korut terbuat dari besi baja, bukan aluminium, yang ditemukan di dasar laut, kata Jong.
"Kami masih bersedia untuk memberikan contoh besi baja kepada Amerika Serikat dan komplotan pengkhianat Lee Myung-bak," tambahnya, menggunakan istilah berwarna untuk menggambarkan presiden Korsel.
Pecahan dari torpedo yang ditemukan lokasi kejadian, di lepas pesisir barat semenanjung Korea, sesuai dengan senjata buatan Korut yang pernah diamankan oleh pihak Korsel tujuh tahun lalu, menurut laporan penyelidikan pada Mei.
Korut secara konsisten menyangkal tanggung jawab atas serangan tersebut, dan kantor berita nasional Korut, KCNA, menerbitkan pada Selasa "pernyataan pertama mengenai kebenaran di balik kasus Cheonan, dan berjanji untuk memberikan rincian lainnya.
Jong tidak bersedia berspekulasi akan penyebab penenggelaman kapal tersebut atau pelaku atas kejadian itu, mensinyalir bahwa sepantasnya mencurigai AS dan Korsel.
Penyelidikan yang dilakukan AS merupakan "buatan dan sandiwara konspirasi", tambahnya.
Penenggelaman itu memicu sanksi keras baru kepada Pyongyang oleh Seoul dan Washington.
Korsel mengatakan Korut harus mengakui tanggung jawabnya atas karamnya kapal perang mereka sebelum bisa kembali ke meja perundingan.(*)
Reuters/KR-IFB/M016
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010