Kulon Progo (ANTARA News) - Pengungsi bencana Gunung Merapi dari wilayah Magelang dan Muntilan, Jawa Tengah, yang berada di Balai Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai mengalami stres ringan dan iritasi mata.
Petugas Puskesmas Kalibawang Titin, di Kalibawang, Jumat, mengatakan, kondisi kesehatan pengungsi dewasa umumnya masih stabil, sedangkan pengungsi lansia mulai mengalami stres ringan. Pengungsi bayi ada yang terserang deman.
"Pengungsi lansia yang mengalami stres ringan, umumnya sulit tidur. Begitu pula bayi yang demam tinggi, sulit tidur. Jumlah pengungsi lansia dan bayi yang mengalami panas tinggi maupun deman, lebih dari 30 orang. Mereka sudah diberi obat," katanya.
Sementara itu, petugas Puskesmas Kalibawang Tri Muhadi mengatakan pihaknya telah merujuk 13 pengungsi asal Magelang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates, Kulon Progo, untuk mendapatkan perawatan yang memadai.
Menurut dia, pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit itu meliputi 10 anak-anak yang mengalami sesak napas, satu pengungsi lansia karena patah tulang, seorang ibu karena sesak napas, dan seorang bayi.
Ia mengatakan umumnya pengungsi dalam kondisi baik, dan kebutuhan logistik mereka untuk sementara bisa tercukupi. "Kami masih membutuhkan bantuan tenaga medis dan obat-obatan untuk mereka. Saat ini bayi juga membutuhkan susu," katanya.
Sebelumnya, Kapolsek Kalibawang AKP Budi Susilanto mengatakan pihaknya telah menerjunkan seluruh personel guna membantu para pengungsi, bersama dengan personel Polres Kulon Progo.
"Saat ini seribu lebih warga Magelang mengungsi ke wilayah Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, karena daerah mereka terkena hujan abu vulkanik Merapi," katanya.
Ia menyebutkan jumlah pengungsi di kantor Kecamatan Kalibawang 300 orang, Balai Desa Banjarharjo sekitar 600 orang, Balai Desa Banjararum dan Balai Desa Banjarasri sebanyak 250 orang. "Jumlah ini belum ditotal semua, dan kemungkinan akan terus bertambah, karena evakuasi warga di wilayah yang dilanda hujan abu vulkanik terus dilakukan," katanya. (ANT-159/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010