Purwokerto, (ANTARA News) - Perjalanan lima rangkaian kereta api yang melintas di wilayah PT Kereta Api Daerah Operasi V Purwokerto, Jawa Tengah, mengalami keterlambatan akibat hujan abu dari Gunung Merapi.
Lima rangkaian KA tersebut adalah KA Logawa jurusan Purwokerto-Jember, KA Sawunggalih Utama jurusan Kutoarjo-Jakarta, KA Kutojaya Selatan jurusan Kutoarjo-Bandung, KA Fajar Utama jurusan Yogyakarta-Pasar Senen, dan KA Argo Lawu jurusan Solo-Jakarta, kata Kepala Humas PT KA Daop V Purwokerto, Surono, di Purwokerto, Jumat.
Menurut dia, setiap rangkaian KA rata-rata mengalami keterlambatan selama 45 menit.
"Rangkaian KA Logawa yang paling lama mengalami keterlambatan karena mencapai 146 menit," katanya.
Bahkan, kata dia, rangkaian masinis KA Fajar Utama terpaksa meminta berhenti luar biasa di Stasiun Karanganyar, Kabupaten Kebumen, untuk membersihkan kaca lokomotif yang tertutupi abu vulkanik.
Menurut dia, abu yang sangat pekat tersebut tidak bisa dibersihkan dengan "wiper" sehingga harus disirap dengan air.
"KA Fajar Utama seharusnya tidak berhenti di Stasiun Karanganyar. Namun karena kaca ruang masinis tertutup abu, KA tersebut berhenti luar biasa di stasiun ini selama 20 menit," katanya.
Selain mengganggu perjalanan KA, kata dia, abu vulkanik dari Gunung Merapi tersebut mengakibatkan gangguan pada sistem wesel, alat pengubah arah jalur KA, di 13 stasiun dari 18 stasiun pada lintasan Kutoarjo-Purwokerto.
Ia mengatakan, umumnya wesel-wesel tersebut tertutup abu pada lidahnya sehingga motor penggeraknya tidak mampu membalik wesel.
Menurut dia, gangguan sistem wesel ini sebenarnya terjadi sejak Kamis (4/11) malam tetapi yang paling parah pada Jumat pagi, pukul 06.00-10.00 WIB.
"Wesel yang tertutup abu tersebut sekarang sudah dibersihkan oleh petugas. Kendati demikian, kami meningkatkan intensitas pengawasan terhadap sistem wesel agar tidak mengalami gangguan akibat tertutup abu vulkanik," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga mengimbau kepada seluruh masinis untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hujan abu yang hingga kini masih turun.
(KR-SMT/s018)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010