Jakarta (ANTARA) - Belum lama ini, aktor Christina Applegate mengumumkan bahwa dia telah didiagnosis menderita multiple sclerosis. Lalu apakah multiple sclerosis itu?

Melalui laman Twitter pribadinya, Applegate mengumumkan tentang penyakit yang dideritanya. Meski demikian, Applegate tidak menyerah dan tetap berjuang untuk pemulihan.

Baca juga: Christina Applegate didiagnosis sklerosis ganda

Dia juga akan melakukan berbagai pengobatan. Applegate juga meminta untuk diberikan privasi agar pengobatannya dalam berjalan dengan lancar.

"Hai teman-teman. Beberapa bulan yang lalu saya didiagnosis dengan MS. Ini adalah perjalanan yang aneh. Tetapi saya sangat didukung oleh orang-orang yang saya kenal yang juga memiliki kondisi ini. Ini adalah jalan yang sulit. Tapi seperti yang kita semua tahu, hidup terus berjalan, ujar Applegate.

Multiple sclerosis adalah penyakit penonaktifan yang berpotensi mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik. Ini disebut sebagai penyakit progresif dari sistem saraf yang menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan seluruh tubuh.

"Ini bisa menyerang siapa saja, anak muda, lebih banyak wanita daripada pria, dan biasanya antara kelompok usia 20 hingga 40 tahun," kata Dr. Praveen Gupta, director-neurology at Fortis Memorial Research Institute, India dilansir Indian Express pada Rabu.

Baca juga: Aktris Christina Applegate Didiagnosa Idap Kanker Payudara

Pada multiple sclerosis, sistem kekebalan mempengaruhi selubung pelindung yang disebut myelin yang menutupi serabut saraf yang menyebabkan masalah komunikasi. Pada waktunya, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan atau kemunduran saraf yang sifatnya permanen.

Gejala dari kondisi ini sangat bervariasi dan terutama bergantung pada saraf mana yang terpengaruh dan jumlah kerusakan yang ditimbulkan. Mereka yang memiliki multiple scleeosis parah mungkin kehilangan kemampuan untuk berjalan secara mandiri, sementara yang lain mungkin menderita remisi untuk waktu yang lebih lama tanpa menunjukkan gejala baru.

Dr. Rahul Bhargava, direktur, hematologi, hematologi, onkologi dan transplantasi sumsum tulang, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, India mengatakan Multiple sclerosis dapat mempengaruhi semua kelompok usia tetapi terutama terlihat pada kelompok usia 20 sampai 40 tahun.

Hal ini cenderung mempengaruhi perempuan dibanding laki-laki dan perokok cenderung memiliki lebih banyak lesi dan penyusutan otak sehingga dengan demikian, lebih mungkin untuk menderita penyakit ini.

Baca juga: J.K. Rowling sumbang 18,8 juta dolar AS untuk penelitian MS

Gejala

Gejala multiple sclerosis dapat bervariasi, namun yang paling umum adalah mati rasa pada satu atau lebih pada anggota badan. Ini biasanya terjadi di satu sisi tubuh pada satu waktu, misalnya pada kaki, kurangnya koordinasi atau gaya berjalan yang tidak stabil.

Ada juga orang yang merasakan sensasi seperti sengatan listrik yang mungkin terjadi di leher, terutama jika leher ditekuk ke depan. Seseorang yang menderita multiple scleroris kemungkinan akan sering buang air kecil, sembelit, kelelahan, tremor, otot-otot lemah serta kejang.

Beberapa gejala lain dari multiple scleroris adalah penglihatan yang kabur, perubahan emosi serta sulit berkonsentrasi.

Diagnosa

Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis multiple sclerosis. Seringkali masalah ini dikesampingkan lantaran memiliki gejala dan tanda yang sama dengan penyakit lain.

Dokter mungkin akan terlebih dahulu mengambil riwayat medis dan pemeriksaan menyeluruh serta menyarankan beberapa hal untuk pemeriksaan seperti tes darah, untuk membantu menyingkirkan penyakit lain yang mungkin memiliki gejala yang mirip dengan multiple sclerosis.

Melakukan pengambilan sampel dari tulang belakang untuk analisis laboratorium. Sampel ini dapat menunjukkan kelainan pada antibodi yang dapat dikaitkan dengan multiple sclerosis.

Pengambilan tulang belakang juga membantu menyingkirkan penyakit yang mungkin memiliki gejala yang mirip dengan multiple sclerosis.

Selain itu, pemeriksaan MRI dapat mengungkapkan area multiple sclerosis (lesi) pada sumsum tulang belakang atau otak. Bisa juga melakukan tes dengan menggunakan aliran listrik.

Melalui tes ini, sinyal listrik dihasilkan oleh sistem saraf Anda sebagai respons terhadap rangsangan, yang direkam. Elektroda mengukur kecepatan informasi mengalir ke jalur saraf.


Baca juga: Cegah terkena Multiple Sclerosis lewat cara ini

Baca juga: Kelebihan garam dapat picu penyakit autoimun

Baca juga: Agonis S1P1 Saat ini Diindikasikan Untuk Pengobatan Multiple Sclerosis

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021