Jakarta (ANTARA News) - Komoditas rumput laut dinilai sangat strategis dijadikan sebagai bahan bakar nabati utama dan Indonesia harus menetapkan strategi penggunaan rumput laut sebagai bahan bakar nabati utama.
Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Soen`an H Poernomo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat menyebutkan, rumput laut harus dijadikan prioritas antara lain karena bahan bakar fosil dipastikan akan habis.
Selain itu, tenaga surya terkena dampak perubahan iklim di wilayah tropis dengan semakin banyak hujan. Adapun bahan bakar biofuel dari tanaman darat, akan bersaing dengan program ketahanan pangan dan persaingan penggunaan lahan tanah dengan pemukiman.
"Di lain hal, negeri kita jelas merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki pantai terpanjang di dunia," kata Soen`an.
Menurut dia, Indonesia dapat mencontoh strategi politik energi Korea Selatan yang menyadari keterbatasan kepemilikan bahan bakar fosil, maka mereka mengandalkan energi dari rumput laut untuk masa depannya.
Korean Institute of Technology (Kitech), lanjutnya, juga telah menginginkan untuk bekerja sama dalam membuat model pemanfaatan rumput laut sebagai bahan bakar di Sulawesi Barat atau di Bangka Belitung.
Selama ini, ujar Sien`an, rumput laut kebanyakan digunakan hanya untuk makanan dan sebagian kecil untuk produk kosmetik.
Pemerintah optimistis bahwa target peningkatan produksi rumput laut dapat meningkat dari sekitar 2,6 juta ton pada 2010 menjadi sekitar 10 juta ton 2014.
Terkait dengan rumput laut, Wakil Presiden Boediono dijadwalkan menyerahkan bantuan rumput laut kepada masyarakat pesisir di Maluku Tenggara Barat dalam rangkaian kunjungannya ke wilayah itu pada 5-6 November.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku, Poli Kayhattu, di Ambon, Rabu (3/11) mengatakan, bantuan rumput laut itu merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka mendorong kesejahteraan masyarakat pesisir.
"Penyaluran bantuan tersebut berdasarkan evaluasi pengembangan rumput laut di Maluku Tenggara Barat yang ternyata prospeknya strategis," katanya.
(M040/S004)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010