Yogyakarta, 5/11 (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung, dari sebelumnya lebih dari 15 kilometer.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Jumat dini hari, mengatakan, sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer.
Penetapan tersebut diambil untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terkait dengan erupsi Merapi yang masih tinggi, termasuk kepanikan warga yang dikhawatirkan bisa menyebabkan musibah yang lain.
Suara gemuruh yang diduga dari Gunung Merapi terdengar sampai kota Yogyakarta, Jumat dini hari sekitar pukul 00.30 WIB, sehingga menyebabkan kepanikan sebagian warga kawasan utara kota ini, dan terjadi peningkatan arus kendaraan yang melaju dari wilayah utara ke selatan.
Dilaporkan hujan pasir halus cukup deras mengguyur wilayah Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di sebagian wilayah Kabupaten Sleman listrik padam sejak pukul 00.50 WIB.
Lereng Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Jumat, pukul 00.50 WIB, dihujani kerikil setelah sebelumnya mengeluarkan suara gemuruh yang desertai getaran keras dan petir sehingga membuat para pengungsi ketakutan.
Suara gemuruh, getaran keras, dan petir menyambar yang langsung disusul hujan kerikil membuat ribuan pengungsi bergegas turun gunung teraktif di Indonesia itu untuk mencari tempat perlindungan yang aman.
Hal ini membuat ribuan pengungsi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan bergerak ke selatan mengendarai mobil, sepeda motor, dan kendaraan TNI. Relawan, TNI, polisi, dan petugas pemerintah setempat membantu mengevakuasi pengungsi.
Mobil yang membawa kalangan pengungsi harus bersabar karena pengungsi yang menggunakan kendaraan bermotor buru-buru menuju ke tempat yang aman. Pengungsi ada yang mengarah ke kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan bahkan ke arah Solo, Jawa Tengah.
Para pengungsi tidak sempat membawa benda apa pun karena terburu-buru ingin menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman setelah gunung yang teraktif di Indonesia itu mengeluarkan suara gemuruh keras dan hujan kerikil yang berlangsung hampir selama satu jam.
Peningkatan status tersebut dikarenakan aktivitas Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang membahayakan. Oleh karena itu, pemerintah setempat diimbau untuk segera mengevakuasi warga.
Arus kendaraan terus memadati jalan raya Kaliurang - Yogyakarta, ketika warga bergerak ke selatan atau menjauh dari Gunung Merapi, sejak Jumat dini hari pukul 01.00 WIB.
Dari pemantauan, kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat yang melaju di jalan itu tampak kotor karena abu dan pasir vulkanik yang melekat di kendaraan terkena air hujan sehingga lengket.
Listrik PLN di sebagian wilayah Kabupaten Sleman padam sejak pukul 01.15 WIB, sementara gerimis dan hujan abu serta kerikil vulkanik belum reda hingga pukul 02.10 WIB.
Sebelumnya, suara gemuruh yang diduga dari Gunung Merapi terdengar sampai kota Yogyakarta, Jumat dini hari sekitar pukul 00.30 WIB, sehingga menyebabkan kepanikan sebagian warga kawasan utara kota ini, dan terjadi peningkatan arus kendaraan yang melaju dari wilayah utara ke selatan.
Dilaporkan hujan pasir halus cukup deras mengguyur wilayah Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Di sebagian wilayah Kabupaten Sleman listrik padam sejak pukul 00.50 WIB.
Ditampung di stadion
Belasan ribu pengungsi dari Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, memadati Stadion Maguwoharjo Sleman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil.
Tampak ribuan sepeda motor memadati halaman stadion, sedangkan ratusan mobil, truk, dan pikap yang mengangkut para pengungsi parkir di stadion itu. Pemeritah kabupaten setempat membagi para pengungsi berdasarkan daerahnya masing-masing agar mudah terpantau.
Para pengungsi beristirahat sambil tiduran di tikar yang memang sudah disiapkan di stadion. Pengungsi yang terdiri atas orang tua, lansia, dan anak-anak tampak kelelahan setelah melakukan pengungsian dari daerahnya masing-masing dengan menggunakan sepeda motor, truk, dan pikap.
Anggota Polri, TNI, dan relawan hingga kini masih terus mengatur arus pengungsi letusan Gunung Merapi yang terus berdatangan ke Stadion Maguwoharjo Sleman.
Sebelumnya belasan ribu warga yang tinggal di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan diungsikan ke tempat lebih aman setelah Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh yang disusul hujan kerikil.
Aktivitas Gunung Merapi seperti itu membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menetapkan wilayah aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer dari puncak gunung dari sebelumnya 15 kilometer.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Badan Geologi Surono mengatakan sejak pukul 00.55 WIB wilayah aman dari ancaman bahaya Merapi menjadi lebih dari 20 kilometer.
Ribuan warga tersebut kini sedang menuruni lereng Merapi yang hujan abu serta jalan dipenuhi abu dan kerikil. Mereka mengenakan mobil, motor, dan kendaraan TNI. Relawan, TNI, polisi, dan petugas pemerintah setempat membantu mengevakuasi para pengungsi.
Para pengungsi ini akan dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Kondisi jalan turunan menuju lokasi relokasi pengungsian padat sehingga terpaksa berjalan pelan-pelan karena jarak pandang terbatas karena abu vulkanik.
Mobil yang membawa kalangan pengungsi harus bersabar karena pengungsi yang menggunakan kendaraan bermotor terburu-buru untuk menuju ke tempat aman. Pengungsi ada yang mengarah ke Uiversitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Solo, Jawa Tengah.
14 korban tewas
Sebanyak 14 korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Merapi masih berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, dan 50 korban lainnya mengalami luka bakar, Jumat.
Sementara itu, sebanyak 13 korban luka bakar awan panas Gunung Merapi warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dirawat di Rumah Sakit Suradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat.
Mereka yang umumnya mengalami luka bakar 20-30 persen itu, adalah warga Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka dirawat di rumah sakit (RS) di Klaten, karena bangsal perawatan RS Dr Sardjito Yogyakarta tidak mampu lagi menampung para korban luka bakar tersebut.
Menurut salah seorang dokter di RS Suradji Tirtonegoro Klaten, jika ada pasien korban awan panas dengan luka bakar di atas 50 persen ke atas, harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar dan memadai peralatan medisnya.
Jumlah korban luka bakar akibat erupsi Merapi dan karena kecelakaan di tengah kepanikan warga, hingga Jumat pukul 04.35 WIB, sebanyak 50 orang.
Salah seorang dokter rumah sakit setempat, Sigit Priyo Hutomo, di Yogyakarta, mengatakan, di antara korban sebanyak itu, lima anak balita. Sedangkan korban meninggal akibat terkena awan panas Merapi tercatat satu orang balita.
Tujuh rumah di Blonggang, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terbakar karena diterjang awan panas Gunung Merapi, Jumat.
Menurut keterangan salah seorang anggota tim SAR Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang keberatan disebutkan namanya, masih puluhan warga yang sedang dievakuasi dari dusun itu, karena sudah jatuh korban satu orang tewas akibat terkena awan panas.
Korban tewas berjenis kelamin laki-laki itu, saat ini sedang dievakuasi dari wilayah bencana. Sedangkan 10 korban luka bakar akibat awan panas, sudah dibawa ke Rumah Sakit (RS) Dr Sardjito Yogyakarta untuk menjalani pengobatan dan perawatan. Mereka umumnya mengalami luka bakar sekitar 70 persen.
Di antara korban yang mengalami luka bakar, terdapat tiga orang yang masih berusia anak-anak, dengan kondisi yang memprihantinkan.
Blonggang, Kecamatan Cangkringan, jaraknya hanya sekitar delapan kilometer dari Gunung Merapi.
Terus disiagakan
Petugas sejumlah rumah sakit di Yogyakarta disiagakan, menyusul terjadinya letusan Merapi pada Jumat pukul 00.15 WIB, dan suara gemuruh yang terdengar sampai kota ini, sehingga menyebabkan kepanikan warga, dan kepadatan arus kendaraan di jalan raya.
Dari pantauan di Rumah Sakit Dr Sardjito, sejumlah mobil yang membawa pasien yang sebagian besar lanjut usia (lansis) yang mengalami sesak napas, tiba di rumah sakit ini.
Begitu pula di rumah sakit (RS) lainnya seperti RS Bethesda, RS Panti Rapih dan RS PKU Muhammadiyah, tampak kesibukan dengan kedatangan sejumlah pasien yang mengalami sesak napas akibat menghirup abu vulkanik Merapi.
Sedangkan sebagian pasien lain karena terluka akibat kecelakaan lalu lintas. Korban adalah pengendara kendaraan bermotor terutama roda dua yang matanya terkena abu maupun pasir vulkanik, sehingga tidak bisa melihat dengan jelas, dan akibatnya bertabrakan dengan kendaraan lain atau menabrak.
Kota Yogyakarta hingga pukul 02.15 WIB, Jumat, masih diguyur abu dan pasir dari Gunung Merapi, sementara gerimis di wilayah Kabupaten Sleman belum reda, sehingga menyebabkan benda yang terkena material vulkanik itu tampak kotor.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada warga masyarakat untuk mematuhi ketentuan jarak aman harus lebih dari 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
"Patuhi ketentuan itu agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya di Yogyakartga, Jumat.
Sultan juga mengingatkan warga masyarakat untuk menggunakan masker jika berada di luar rumah, karena abu dan pasir vulkanik masih beterbangan di wilayah Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman. "Masker sangat penting untuk dipakai warga jika berada di luar rumah, apalagi jika berkendaraan bermotor roda dua," katanya.
Ia meminta kepada masing-masing pemerintah kabupaten/kota di provinsi ini untuk mengusahakan pengadaan masker bagi warga masyarakat.
Mengenai aktivitas perkantoran, sekolah, perguruan tinggi, maupun perdagangan di Yogyakarta, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini berharap tidak sampai terhenti, tetapi kemungkinan hanya terhambat.
Sementara itu, pasien lanjut usia atau berusia 60 tahun ke atas yang merupakan warga Kota Yogyakarta akan memperoleh keringanan biaya pemeriksaan dan pengobatan hingga 60 persen apabila berobat di Puskesmas di kota tersebut.
"Keringanan biaya pemeriksaan dan pengobatan untuk warga Kota Yogyakarta yang telah lanjut usia ini merupakan terobosan baru dari peraturan daerah yang ada," kata Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2010 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada pusat kesehatan masyarakat yang menggantikan Perda Nomor 5 Tahun 2006, keringanan tarif pemeriksaan dan pengobatan untuk Lansia tersebut adalah klausul baru yang belum ada pada perda lama.
Selain itu, Lansia juga akan memperoleh keringanan sebesar 50 persen untuk tindakan lanjutan.
Penduduk Kota Yogyakarta juga akan memperoleh keringanan tarif 60 persen untuk pemeriksaan dan pengobatan serta 25 persen untuk tindakan lanjutan.
"Keringanan tarif untuk pemeriksaan dan pengobatan serta tindakan lanjutan ini sudah dihitung dengan baik, dan tidak akan ada pelayanan yang dikurangi dengan adanya keringanan biaya ini," katanya.
Namun demikian, Tri mengingatkan agar masyarakat Kota Yogyakarta yang ingin memperoleh keringanan biaya tersebut harus mematuhi persyaratan yang ditetapkan seperti membawa bukti identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP) serta kartu pasien saat ingin memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas.
Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tersebut, Puskesmas juga akan memperoleh pengembalian pendapatan sebesar 100 persen melalui mekanisme anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
"Pengembalian pendapatan tersebut lebih besar dibanding aturan dalam Perda Nomor 5 Tahun 2006, yaitu sebesar 67,5 persen," katanya.
Perkiraan total pendapatan dari 18 puskesmas di seluruh Kota Yogyakarta dalam satu tahun adalah sekitar Rp2,8 miliar.
Pengembalian pendapatan sebesar 100 persen tersebut kemudian akan digunakan untuk tiga kegiatan utama puskesmas yaitu 30 persen untuk usaha pemberdayaan masyarakat, 35 persen untuk operasional Puskesmas dan 35 persen untuk jasa layanan.
Kegiatan dalam usaha pemberdayaan masyarakat tersebut di antaranya adalah penyuluhan di wilayah tentang pola hidup bersih dan sehat.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Mergangsan Titik Sumartiningsih mengatakan, perkiraan pengembalian pendapatan yang akan diterima puskesmas pada 2011 adalah sekitar Rp1,018 miliar.
"Dalam Perda telah diatur jelas pada 30 persen dari pengembalian pendapatan akan digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif seperti penyuluhan-penyuluhan," katanya.
Berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2010 tersebut, Puskesmas di Kota Yogyakarta juga memiliki enam jenis layanan baru yaitu, pelayanan psikologi, pelayanan perawatan rumah, pelayanan nebulizer, Naso Gastric Tube (NGT), laboratorium HIV/AIDS, dan peningkatan laboratorium klinis seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan hati.
(E013*V001*M008*H008/B015)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010