Sleman (ANTARA News) - Banjir lahar dingin Gunung Merapi yang melalui aliran Sungai Kuning, Kamis sore, menyebabkan satu jembatan sepanjang 30 meter di Dusun Padasan Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, roboh.

Derasnya arus banjir lahar dingin langsung menggerus fondasi jembatan yang menghubungkan Dusun Padasan dan Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringanroboh, karena tidak mampu menahan derasnya terjangan air yang bercampur material vulkanik.

"Banjir ini sebenarnya sudah terjadi sejak Rabu (3/11) sore dan hari ini (Kamis) sempat surut, namun menjelang siang banjir lahar kembali datang dan langsung menghantam jembatan yang berada di sebelah dam hingga roboh," kata warga Dusun Padasan, Wuryadi.

Ia mengatakan akibat robohnya jembatan mengakibatkan warga yang hendak melintas jembatan tersebut harus memutar sejauh sekitar 1,5 kilometer.

"Jembatan sudah roboh sehingga kini harus berputar sekitar 1,5 kilometer kalau mau ke Wukirsari. Robohnya jembatan disertai dengan tumbangnya sejumlah pohon di daerah aliran sungai yang terbawa arus material pekat kecokelatan," katanya.

Kalangan warga diminta menjauhi sejumlah sungai berhulu di Gunung Merapi yang terletak di wilayah perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah karena banjir lahar hingga kini masih terus berlangsung.

"Banjir lahar sudah terjadi. Kini mengarah ke beberapa tempat sehingga warga diminta waspada," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Surono.

Menurut dia, PVMBG belum bisa memprediksi sejauh mana lahar tersebut akan mengalir. "Kami belum bisa memprediksinya. Untuk itu warga agar mematuhi instruksi yang dikeluarkan pemerintah. Warga jangan mendekati badan sungai yang dialiri lahar dingin," katanya.

Surono belum bisa memperkirakan jarak banjir lahar gunung teraktif di Indonesia itu hingga berapa kilometer, namun langkah paling penting yang perlu dilakukan warga adalah mematuhi instruksi pemerintah agar terhindar dari anacaman bahaya tersebut.

"Merapi hingga kini masih terus mengeluarkan lava pijar namun karena cuaca mendung maka tidak terlihat secara visual. Erupsi Gunung Merapi pada tahun ini lebih besar dibandingkan pada 1997, 2001, dan 2006," katanya.
(U.V001/M008/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010