Pangkalpinang (ANTARA News) - Satwa mantilin yang merupakan maskot wisata Provinsi Bangka Belitung (Babel), terancam punah akibat perburuan liar dan aktivitas penambangan bijih timah darat dan perkebunan kelapa sawit yang merusak kawasan hutan tempat populasi satwa langka tersebut berkembang biak.
Seorang pelestari fauna langka Babel, Johni Sugiarto, di Pangkalpinang, Kamis menyatakan, mantilin, sejenis monyet kecil bertelinga lebar, bermata bulat besar dan kepalanya bisa berputar 360 derajat terancam punah dan perlu upaya konkrit untuk melindungi satwa itu.
"Saat ini, habitat mantilin hanya bisa dihitung dengan jari, hal ini sangat memprihatinkan sebab kalau benar-benar punah Babel akan kehilangan jenis satwa yang tidak ternilai harganya, apalagi satwa itu mejadi maskot pariwisata yang juga kebanggaan masyarakat setempat," ujarnya.
Mantilin sejak 2005 menjadi maskot wisata Babel dengan tulisan "Ayo Ke Bangka Belitung" yang resmi diluncurkan mantan Gubernur Babel Drs. H. Hudarni Rani, SH di dampingi Walikota Pangkalpinang Drs. H. Zulkarnain Karim MM dan Direktur Eljohn Group, Johni Sugiarto sekaligus sebagai pelestari fauna.
Ia mengatakan, mantilin monyet kecil yang lucu dan pemalu itu, memang sangat sulit dilestarikan karena sifatnya masih primitif dan berbeda dengan satwa lainnya.
"Kami sudah mencoba melestarikan di kebun binatang mini di kompleks objek wisata pemandian Tirta Tapta Pemali, Kabupaten Bangka, namun gagal karena petugas sangat sulit mengenali sifat dan pengembangbiakan hewan langka tersebut," ujarnya.
Namun demikian, katanya, sebagai pelestari fauna sekaligus pelaku pariwisata nasional kami akan terus berusaha mencari cara dan jalan untuk melestarikan fauna langka agar jangan sampai benar-benar punah dari ekosistemnya.
"Berbagai upaya akan kami lakukan meski dengan biaya tinggi, hal itu tidak menjadi masalah daripada kehilangan aset wisata yang sangat berharga itu," ujarnya.
Masalah tempat pelestarian atau penangkaran,katanya, bisa di kawasan objek wisata Tirta Tapta Pemali yang sudah ada faslitas lengkap termasuk dokter hewan.
Yayasan El John Tirta Tapta Pemali berupaya menyelamatkan dan kelestarian sumber daya alam hayati terutama hewan yang dapat dilindungi dari kepunahan, sekaligus sebagai bagian dari pengembangan objek wisata edukasi sehingga nantinya masyarakat terutama pelajar dan mahasiswa dapat mengenal langsung fauna langka sekaligus memiliki tikad baik untuk melestarikan fauna langka.
Jenis fauna yang sudah ada kebun binatang mini Tirta Tapta Pemali buaya rawa, beruang madu, rusa totol, burung elang, burung kakak tua, monyet, burung enggano, beo, siau, elang (Alap alap), jalak Nias, jalak uren, ular piton sepanjang delapan meter.
Untuk itu, kata dia, diharapkan warga untuk tidak melakukan penambangan bijih timah darat, membuka perkebunan sawit secara besar-besaran dan aktivitas lainnya yang menambah kerusakan hutan untuk menjaga kelestarian mantilin yang merupakan binatang khas Babel.
"Kami berharap kesadaran warga untuk menjaga hutan untuk menjaga kelestarian kelangsungan hidup floura dan fauna dan meminta aparat serta pemerintah daerah untuk menindak tegas kepada pelaku yang melakukan perusakan hutan demi kelestarian lingkungan dan masa depan anak cucu mendatang," ujarnya. (ANT-040/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010