Cikarang, Bekasi (ANTARA News) - Persatuan Kartunis Indonesia mendukung upaya pemerintah untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional terhadap mantan Presiden RI, Soeharto, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 10 November 2010.
"Stabilitas ekonomi, ketahanan nasional dan pembangunan pada zaman Soeharto relatif lebih baik. Dan itu kita akui," ujar Sekretaris Jendral Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI), Yeksa Sarkeh Chandra, di Cikarang, Kamis.
Dikatakan Chandra, kontribusi positif dari kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun di Indonesia turut dirasakan kartunis Indonesia. "Prestasi kartunis yang paling top di Indonesia ada pada zaman Soeharto melalui event terbesar Canda Laga Mancanegara di Ancol era 80-an," katanya.
Menurut dia, nama kartunis Indonesia sempat mencuat di kancah internasional pada perhelatan tersebut dimana hampir seluruh kartunis ternama di dunia datang ke Indonesia pada zaman itu. "Namun, situasi itu sulit kita wujudkan kembali saat ini," katanya.
Berbagai apresiasi pernah ditorehkan pihaknya melalui karya seni gambar terhadap Soeharto. Misalnya,apresiasi para kartunis untuk menggambar sosok suharto di jejaring sosial `Facebook`.
Ada juga, karya pop art yang juga menampilkan sosok presiden kedua indonesia ini, seperti pada kegiatan pameran Weda Pop Art Potrait (WPAP) yang diselenggarakan di Hotel Grand Indonesia pada bulan Oktober 2010.
"Di sana kita tampilkan karya gambar Soeharto dalam bentuk aliran gambar Pop Art yang saat ini tengah digandrungi remaja sejak awal tahun 2010 lalu. Diantara sekian banyak presiden yang memimpin Indonesia, Soeharto layak diberi gelar pahlawan setelah Soekarno," katanya.
Namun demikian, kata dia, terdapat sisi kelemahan pada sosok Soeharto khususnya di bidang demokrasi dimana aspirasi masyarakat belum sepenuhnya terserap. Misalnya, pembelengguan media massa pada saat itu.
"Sebenarnya positif dan negatifnya imbang. Demokrasi tidak jalan, tragedi kemanusiaan terjadi di sana sini. Itu dua hal yang tidak lepas dari sosok Soeharto," ujar pria yang juga berprofesi sebagai jurnalis tersebut.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010