Magelang (ANTARA News) - Sejumlah warga Gunung Merapi, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hingga Kamis dini hari bertahan di desa terakhir dari puncak gunung itu meskipun kawasan setempat diguyur hujan abu yang deras dan suara gemuruh luncuran lava.
"Yang tiga orang sudah tua-tua hingga saat ini (Sekitar pukul 00.49 WIB,red) masih belum mau turun, kami sudah berusaha membujuk supaya turun," kata anggota Satuan Perlindungan Masyarakat Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Eko Sumari, di Magelang, Kamis dini hari.
Ia mengatakan bersama seorang warga bernama Riki (19) turun dari tempat tinggalnya di Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo mengendarai sepeda motor untuk mengevakuasi seorang lanjut usia yang juga warga setempat bernama Wajib (75) ke lokasi pengungsian di gedung Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) "Widodo" di kawasan Kota Kecamatan Dukun.
Ia menyatakan keharusan dirinya untuk kembali ke kampung itu karena hingga saat ini masih ada tiga orang lansia lainnya yang belum bersedia meninggalkan dusun setempat.
Mereka adalah Tukiyem (80), Dinomo Sarinah (70), dan Ginah (70), sedangkan tiga lelaki lainnya yang masih kuat yakni Tumar, Sarimin, dan Tukino menjaga mereka bertiga di pos ronda dusun setempat.
"Saya akan naik lagi, saya pernah mengalami letusan besar seperti ini pada 1960," katanya.
Tetapi, katanya, ia akan mempertimbangkan lebih saksama tentang rencana kembali ke kampung itu yang berjarak sekitar enam kilometer barat puncak Merapi tersebut.
Ia mengatakan, hingga Rabu (3/11) pukul 24.00 WIB hujan abu cukup deras masih turun di kawasan desa terakhir dari barat puncak Merapi itu, sedangkan aliran listrik masih padam.
Cukup banyak pohon condong ke berbagai badan jalan yang dilaluinya akibat diterpa abu vulkanik secara intensif.
Riki yang juga keponakan Eko mengatakan, berboncengan bertiga dengan sepeda motor dari Tangkil menuju gedung KPRI dengan menempuh waktu sekitar satu jam melalui jalan alternatif.
"Tidak lewat jalan utama melewati Dusun Gemer dan pusat pemerintahan Desa Ngargomulyo, tetapi melewati jalan tanah di kawasan pertanian Dusun Tangkil hingga tembus ke Desa Kalibening," katanya.
Ia mengatakan, sebuah pohon cukup besar tumbang di salah satu ruas jalan Dusun Gemer, di dekat Tangkil sehingga mereka memutuskan melalui jalur alternatif tersebut.
Ia mengaku, menunggu keputusan pamannya itu untuk kembali ke dusunnya guna mengevakuasi sejumlah warga setempat lainnya dari lokasi yang berbahaya terkait dengan letusan intensif Merapi.
"Kondisi jalan memang sulit ditempuh, banyak pohon condong ke tengah jalan, abunya juga banyak," katanya.
Pantauan ANTARA hingga sekitar pukul 00.30 WIB, hujan abu cukup deras juga masih turun di jalan utama Yogyakarta-Kota Magelang.
Sejumlah mobil pribadi terlihat berhenti di dua stasiun pengisian bahan bakar umum di luar Kota Kecamatn Muntilan dan dekat jembatan Blondo, Kabupaten Magelang. Pengendaranya membersihkan kaca mobil dengan air dari lokasi SPBU itu.
Hujan abu di dalam Kota Magelang masih turun tetapi tipis hingga perbatasan kota setempat dengan Kabupaten Magelang, di bagian utara (Kawasan Sambung-Payaman). (*)
(L.M029*H018/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010