Semarang (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta kembali meningkat pada hari Rabu, ditandai dengan semburan awan panas yang mengakibatkan hujan abu vulkanik di sejumlah daerah.
Sejumlah desa di wilayah barat daya Gunung Merapi di kawasan Kabupaten Magelang, diguyur hujan air disertai debu vulkanik akibat letusan gunung berapi tersebut.
Pantauan ANTARA, hujan abu cukup intensif tersebut terjadi Rabu sekitar pukul 08.30-08.45 WIB, menyusul luncuran awan panas yang mengarah ke selatan, disertai tiupan angin ke arah barat.
Sejumlah desa yang diguyur hujan abu tersebut, di antaranya, Desa Krinjing, Kajangkoso, Babadan, Semen, serta Grogol, yang semuanya berada di Kecamatan Dukun.
Para warga tampak menggunakan jas hujan akibat guyuran hujan air yang disertai debu vulkanik gunung berapi yang ada di wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu.
Langit di sekitar kawasan tersebut tampak berwarna hitam akibat tertutup debu vulkanik Merapi.
"Betul, warna hitam di langit itu karena terjadi hujan abu," kata petugas Pos Pengamatan Gung Merap di Krinjing, Magelang, Yulianto.
Hujan abu juga melanda hampir merata di wilayah Kabupaten Boyolali, menyusul Gunung Merapi yang menyemburkan awan panas susulan, sekitar pukul 15.30 WIB.
Pantauan ANTARA di Boyolali, semburan awan panas tersebut menyebabkan terjadinya hujan abu pekat di wilayah Kecamatan Selo, Musuk, Cepogo, Ampel, dan Boyolali Kota.
Akibat pekatnya hujan abu vulkanik tersebut, mengganggu penglihatan warga sekitar, karena jarak pandang yang terbatas.
Selain itu, akibat semburan awan panas Merapi juga dirasakan bau belerang yang menyengat di wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo.
Setiyono, tokoh masyarakat yang juga relawan di Musuk, mengatakan, warga di Kecamatan Musuk terutuma di Dukuh, Sangup, Mriyan, Cluntang, dan Lanjaran, dikosongkan, karena hujan abu pekat dan bau belerang.
Menurut dia, warga diupayakan untuk diungsikan ke Desa Sumur dan Jemowo di Musuk atau tempat yang lebih aman.(*)
(T.I021/M029/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010