Magelang (ANTARA News) - Petugas pos pengamatan Gunung Merapi di Krinjing, Kecamatan Dukun dan Ngepos di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang diminta meninggalkan lokasi di luar radius 15 kilometer dari puncak Merapi.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Krinjing, Ismail di Magelang, Rabu, mengatakan, telah turun dari pos Krinjing sekitar pukul 16.00 WIB dan menuju ke lokasi yang lebih aman di wilayah Sawangan.
"Kami diperintahkan untuk turun oleh Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)," katanya.
Ia mengatakan, sebenarnya telah diperintahkan untuk turun sejak Selasa (2/11) namun kemarin, dia bersama tiga petugas naik ke Pos Krinjing yang berjarak 6,5 kilometer dari puncak Merapi itu untuk menjalankan tugas pengamatan sebentar.
"Sore ini kami diperintahkan untuk turun lagi," katanya.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi di Ngepos, Retijono mengatakan, sedang melakukan persiapan untuk meninggalkan pos.
"Kami diminta mengosongkan wilayah dalam radius 15 kilometer dari puncak Merapi sejak pukul 17.00 WIB," katanya.
Ismail mengatakan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepanjang hari Rabu (3/11) secara visual tidak bisa dilakukan karena kabut tebal menutupi seluruh Gunung Merapi.
"Pemantauan hanya bisa dilakukan menggunakan alat komunikasi radio dengan pos lain," katanya.
Selain kabut, katanya, puncak Merapi juga tertutup abu vulkanik yang dikeluarkan bersamaan dengan erupsi yang terjadi. Hal ini terlihat dari langit di atas Merapi yang berwarna kecokelatan.
Ia menyebutkan, di wilayah Krinjing terjadi hujan abu vulkanik mulai pukul 11.00 WIB namun masih tipis, dibarengi dengan hujan air.
Menurut dia, saat turun dari Krinjing pukul 16.00 WIB wilayah sebelah barat Merapi hujan abu tebal dibarengi dengan hujan air sehingga menjadi hujan lumpur.
Camat Srumbung, Agus Purgunanto mengatakan, sampai saat ini belum mendapatkan surat resmi dari BPPTK untuk mengosongkan wilayah sepanjang radius 15 kilometer dari puncak Merapi.
"Sementara ini para pengungsi di tempat pengungsian sementara (TPS) Srumbung masih bertahan," katanya. (H018/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010