Tidur 10 Jam
Sikap santai masih diterapkan Greysia/Apriyani jelang babak final. Misalnya saja Greysia, meski pernah tampil di Olimpiade London 2012 dan Rio 2016, namun belum pernah lolos ke partai puncak.
Cerita dari senior, soal ketat dan menegangkannya laga final, tak membuat atlet yang 10 tahun lebih tua dari Apriyani ini urung menikmati jeda istirahatnya.
Dia menceritakan bahwa masih bisa makan dan tidur enak, bahkan tidak memusingkan cerita-cerita dari seniornya sebelumnya.
Contoh konkritnya, adalah ketika Greysia bisa tidur hingga 10 jam pada malam sebelum laga perebutan medali emas kontra Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dari China.
Pada turnamen biasa, dia hanya bisa tidur sekitar lima atau tujuh jam paling lama. Namun jelang babak final Olimpiade justru dia merasa lebih rileks.
Begitu pula dengan Apriyani, meski sadar peluang merebut medali emas di depan mata, namun dia memilih fokus menjaga permainan di lapangan.
Benar saja, Greysia/Apriyani membuktikan statusnya sebagai Kuda Hitam dengan menyingkirkan peringkat dua dunia dan mengamankan medali emas hanya dengan dua gim langsung.
Baca juga: Cara main Greysia-Apriyani pelihara asa Indonesia raih emas Tokyo 2020
Aksi Greysia/Apriyani turut membuktikan, bahwa di ajang Olimpiade semua catatan persaingan yang terjadi di tingkat turnamen tahunan bisa tidak berlaku.
Titel non-unggulan bukan alasan untuk bermain payah. Justru Greysia/Apriyani sukses menundukkan tiga pasangan yang peringkatnya lebih tinggi, serta mencetak sejarah dengan menjadi ganda putri pertama Indonesia yang meraih medali emas Olimpiade.
Baca juga: Greysia/Apriyani: kami tak menyangka jadi juara Olimpiade
Baca juga: Jalan Greysia/Apriyani menuju emas Olimpiade Tokyo
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021