Semarang (ANTARA News) - Pemerintah saat ini perlu segera memetakan perubahan kondisi alam yang disebabkan oleh faktor perubahan fisik maupun sosial untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat bencana alam yang terjadi, kata pakar geodesi Universitas Diponegoro Semarang, Bambang Sudharsono.

"Faktor fisik yang mempengaruhi perubahan alam antara lain adalah banyaknya tanah yang diambil dari perbukitan, sedangkan banyaknya lahan yang digunakan untuk konservasi penduduk menjadi faktor sosial," katanya di Semarang, Rabu.

Ia menjelaskan, dalam waktu kurang dari satu tahun kondisi alam sudah bisa berubah akibat pengalihfungsian kawasan hijau menjadi suatu kompleks bangunan tanpa memikirkan proses peresapan air yang baik sehingga menimbulkan bencana alam.

Menurut dia, peta perubahan kondisi alam di setiap daerah sangat berguna bagi pihak-pihak terkait seperti pemerintah pusat hingga daerah dan masyarakat dalam melakukan langkah antisipasi untuk menekan jumlah korban.

"Namun yang terpenting dari peta perubahan kondisi alam yang berwujud tiga atau empat dimensi yang mengandung unsur waktu tersebut adalah semua pihak bisa mencari tahu solusi," ujarnya yang juga mengajar di Fakultas Teknik Undip Semarang itu.

Selain itu, kata dia, masyarakat dapat berperan serta dalam hal tersebut dengan cara mempelajari sejarah terjadinya bencana yang pernah terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya.

"Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sejumlah pihak terkait kurang dapat memahami peta perubahan kondisi alam yang harus selalu diperbarui dan kesadaran menjaga alam sehingga perlu dilakukan sosialisasi termasuk pemahaman tanda-tanda terjadinya bencana alam," katanya.

Menurut dia, ada dua tipe bencana alam yakni bencana yang bisa diprediksi dan bencana yang tidak bisa diprediksi.

"Banjir termasuk dalam bencana yang bisa diprediksi karena dapat dilihat melalui arah awan dari satelit, sedangkan contoh bencana yang tidak bisa diprediksi adalah angin puting beliung yang beberapa waktu lalu terjadi di daerah Mijen, Semarang," ujar Bambang Sudharsono.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010