New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak di New York naik pada Selasa waktu setempat, karena dolar merosot menjelang sebuah perkiraan tindakan oleh Federal Reserve Amerika Serikat untuk rencana stimulus baru dan setelah komentar mendukung dari tokoh OPEC Arab Saudi.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, melompat 95 sen menjadi ditutup pada 83,90 dolar per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember melonjak 79 sen menjadi mantap pada 85,41 dolar.
Panel pembuatan kebijakan Federal Reserve, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), memulai pertemuan dua hari di Washington pada Selasa. FOMC secara luas diperkirakan akan mengungkap rencana baru untuk pembelian aset besar dalam upaya meningkatkan perekonomian, dalam apa yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE), pada Rabu.
"Semua mata berada pada pertemuan FOMC .... dan hasil pemilu sela AS," kata analis Sucden, Myrto Sokou.
"Harga minyak mentah telah melonjak ... didukung oleh dolar AS yang lebih lemah dan setelah komentar dari Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Nuaimi," kata Sokou.
"Itu lebih karena pelemahan dolar AS yang membantu harga minyak untuk meguji ulang wilayah 84 dolar per barel."
Mata uang tunggal Eropa menguat di depan terhadap dolar AS dalam perdagangan yang gelisah Selasa, dengan investor disibukkan pertemuan Federal Reserve yang dapat menghasilkan tindakan stimulus baru untuk menopang pemulihan AS yang lesu.
Prospek kemungkinan putaran lain pelonggaran, yang dijuluki QE2, telah membebani greenback dalam beberapa bulan terakhir karena kebijakan itu diperkirakan mendilusi nilai dolar.
Sejak Juni, nilai euro telah meningkat lebih dari 15 persen nilai terhadap dolar. Unit AS yang lebih lemah cenderung meningkatkan permintaan minyak yang dihargakan dalam dolar.
"Karena Federal Reserve bersiap untuk mengumumkan putaran berikutnya dari pelonggaran kuantitatif, ini hanya akan mendorong dolar lebih rendah," kata Ian Parrett, analis di konsultan Inggris Inenco.
"Dengan harga minyak berbasis dolar, merosotnya nilai mata uang berarti bahwa negara produsen perlu melihat harga per barel naik hanya supaya mereka dapat berdiri diam dalam hal pendapatan."
Sementara itu, pasar minyak terus menarik kekuatan dari al-Nuaimi, yang mengatakan pada Senin bahwa tingkat harga minyak saat ini di atas 80 dolar AS per barel adalah dalam "zona yang sangat nyaman."
Arab Saudi adalah produsen dan eksportir terbesar dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memompa 40 persen dari minyak dunia.
Minyak juga terangkat minggu ini oleh data industri optimis dari AS dan China, konsumen energi utama dunia, kata analis.(*)
(Uu.A026/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010