Jakarta (ANTARA) - Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, resmi menutup Tokyo Games 2020, yang telah berlangsung selama 16 hari, dalam upacara penutupan di Stadion Nasional (Olympic Stadium) Tokyo, Minggu malam.
"Saya menyatakan Olimpiade ditutup," ujar Bach di podium.
Penutupan tersebut diikuti oleh tarian yang kemudian berlanjut dengan alunan piano "Clair de Lune" dari Claude Debussy, komponis berkebangsaan Prancis, bersamaan menutupnya kaldron api Olimpiade.
Kembang api menghiasi langit Stadion Nasional Tokyo, kemudian diikuti dengan tulisan digital "Arigato," yang berarti terima kasih dalam bahasa Jepang, terpampang besar.
Baca juga: Para atlet berbaur budaya rayakan penutupan Olimpiade tanpa penonton
Dalam pidato penutupan, Bach berterima kasih pada atlet yang telah berjuang di Olimpiade Tokyo, dan menjunjung tinggi solidaritas di bawah atap Kampung Atlet.
"Banyak tantangan yang harus dihadapi karena pandemi... dan, Olimpiade ini menumbuhkan harapan," kata Bach.
"Kalian atlet terbaik di dunia yang membuat Olimpiade menjadi nyata."
Tak lupa, Bach berterima kasih kepada semua relawan atas upaya dan bantuan, sehingga Olimpiade bisa terwujud.
Bach juga berterima kasih kepada Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Gubernur Tokyo Yuriko Koike, serta Ketua Panitia Olimpiade Tokyo 2020, Seiko Hashimoto.
"Terima kasih Jepang, terima kasih Tokyo," ujar Bach.
Baca juga: Tokyo serahkan bendera Olimpiade ke Paris
Baca juga: Klasemen akhir medali Olimpiade Tokyo: AS juara umum, Indonesia ke-55
Baca juga: Indonesia akhiri Olimpiade Tokyo di peringkat ke-55
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021