Sidoarjo (ANTARA News) - Tari "Sumpah Palapa" mengalawi kegiatan "Festival Tantular 2010" di halaman utara Museum Mpu Tantular di Jalan Raya Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jatim.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Mpu Tantular Jawa Timur Gunawa Pontjo Putro, Selasa, mengatakan, kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati hari jadi ke-65 Jawa Timur dan juga hari jadi ke-35 Museum Mpu Tantular pada tanggal 1 November kemarin.
"Dengan adanya kegiatan ini kami berharap keberadaan museum tidak sebagai tempat penyimpanan benda bersejarah saja melainkan sebagai tempat untuk mengetahui peradaban manusia," katanya.
Ia mengemukakan, saat ini keberadaan museum sudah banyak yang digunakan sebagai tempat pelestarian peradaban manusia, seperti sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan.
"Salah satunya, di museum ini juga dikembangkan museum ilmu pengetahuan dan juga museum tuna netra," katanya.
Ia menjelaskan, pada kegiatan yang rencananya dilakukan hingga tanggal 7 November ini menampilkan pelbagai kesenian daerah yang ada di Jawa Timur.
Salah satunya, kata dia, pada saat pembukaan ditampilkan tari "Topeng Dongkrek" yang merupakan warisan budaya dari daerah Saradan, Kabupaten Madiun.
Dalam Tari Topeng Dongkrek tersebut dijelaskan adanya kegelisahan manusian atas musibah yang terjadi secara bertubi-tubi.
"Di dalamnya ada beberapa peran seperti orang tua, masyarakat, dan juga `batara kala` yang berperan sebagai pengganggu," katanya.
Menurutnya, pada masyarakat di Madiun, jika terjadi musibah yang terus menerus maka akan digelar Tari Topeng Dongkrek dengan tujuan bisa mengusir aura jahat yang sedang melanda.
Ia mengatakan, selain tari-tarian pada "Festival Tantular 2010" juga dihadirkan beberapa kesenian lain seperti lomba Kidungan Jula-Juli dan juga lomba Kreativitas Mading yang ditujukan kepada siswa sekolah.
Ia menambahkan, dalam sehari kunjungan di Museum Mpu Tantular ini sekitar 300 orang dengan dominasi kunjungan terbanyak berasal dari siswa sekolah.
"Setelah selesai festival ini kami akan menata ulang dekorasi museum supaya masyarakat lebih enak dalam mempelajari alur peradaban manusia yang pernah terjadi," katanya.(*)
(ANT-074/F002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010