Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan mengkhawatirkan munculnya wabah malaria di Mentawai, Sumatera Barat, daerah yang belum lama ini digoyang gempa dan tersapu tsunami.
"Yang harus diwaspadai adalah diare, sebagai penyakit umum terjadi karena sanitasi lingkungan buruk, dan malaria karena daerah itu termasuk daerah rawan malaria," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta, Selasa.
Kemenkes telah mengambil beberapa langkah untuk mengurangi risiko munculnya wabah tersebut yang diawali dengan menyemprotkan desinfektan di lokasi pengungsian.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyemprotan desinfektan telah dilakukan Kemenkes dengan bekerjasama Dinas Kesehatan setempat untuk mengontrol populasi lalat dan nyamuk.
Tjandra mengatakan, profilaksis malaria sudah diberikan kepada 231 orang relawan yang bekerja di wilayah itu.
"Obat anti-malaria juga cukup banyak tersedia dan setiap tim yang berangkat ke daerah terpencil dibekali OAM dan kelambu. Stok kelambu tersedia dari pusat dan ada rencana bantuan dari UNICEF," ujarnya.
Direktorat P2PL Kemenkes juga telah mengirimkan obat-obatan ke Mentawai untuk mengantisipasi malaria tersebut antara lain Larvasida (Sumilarv) sebanyak 200 Kg, Artemeter injeksi 80 mg 250 kotak isi 6 ampul dan Artemeter injeksi 40 mg 250 kotak isi 6 ampul.
Untuk sanitasi lingkungan, Kemenkes juga telah membicarakannya dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat dan akan ditindaklanjuti secepatnya.
Sementara untuk bencana meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta, Menkes menyatakan antisipasi antara lain dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit ISPA sebagai dampak hujan abu yang terus menerus terjadi.
Kemenkes telah membagikan sedikitnya 50 ribu masker pernafasan untuk masyarakat agar tidak menghirup debu letusan Gunung Merapi meskipun Menkes menyarankan agar warga tetap berada di rumah hingga letusan berakhir.(*)
A043/s018/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010