Bengkulu (ANTARA News) - Pos Pengamatan Gunung Api Kaba Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyatakan, status Gunung Bukit Kaba di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, masih berstatus waspada sejak ditetapkan pada September 2009.
"Gunung api Kaba sudah dinaikkan statusnya menjadi waspada sejak September 2009 karena aktivitas kegempaan vulkanik yang meningkat," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kaba Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sigit Widianto di Bengkulu, Selasa.
Peningkatan aktivitas gempa vulkanik dari normal hanya 200 hingga 300 kali per bulan naik menjadi 350 kali pada September 2009, dan sekarang naik lagi menjadi 1.130 kali pada Oktober.
Gempa vulkanik pada November sebanyak 852 kali, dan terbanyak pada Desember 2009 sebanyak 2.044 kali.
"Aktivitas gempa vulkanik memang fluktuatif sehingga kami masih menetapkan status waspada dalam satu tahun ini," ujarnya.
Sejak Januari 2010 aktivitas gempa yang tercatat sebanyak 674 kali, Februari sebanyak 802 kali, Maret sebanyak 860 kali, pada April menurun menjadi 217 kali.
Selanjutnya pada Mei meningkat lagi sebanyak 588 kali, Juni sebanyak 349 kali, Juli sebanyak 306 kali, Agustus mulai menurun menjadi 226 kali dan September 2010 hanya 148 kali.
"Memang terjadi penurunan dalam dua bulan terakhir tapi kami belum mencabut status waspada karena fluktuatifnya aktivitas gempa vulkanik," katanya.
Meskipun statusnya waspada namun petani di lereng Gunung Kaba masih beraktivitas normal, demikian juga para pendaki tidak ada larangan, namun diperingatkan untuk waspada.
Pengamatan morfologi sekitar gunung juga masih dilakukan dan kondisinya masih dalam batas normal.
Sigit mengatakan, gempa vulkanik gunung Kaba masuk dalam tipe A di mana aktivitas gempa terjadi di kedalaman tiga kilometer dari permukaan danau kawah dan kecil kemungkinan menimbulkan letusan.
"Gunung Kaba memiliki danau kawah dan jika terjadi hujan maka air hujan akan bertemu dengan magma dan menimbulkan uap panas, memang kecil kemungkinan untuk meletus tapi suatu saat bisa terjadi, seperti Gunung Sinabung," jelasnya.
(RNI/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010