Jakarta (ANTARA News) - Hujan dan badai di tengah perjalanan panjang dari Pelabuhan Muara, Padang ke Mentawai sempat menghadang bantuan World Vision Indonesia (WVI) kepada pengungsi di Sikakap.

Menurut Koordinator Tim World Vision Indonesia, Edi Andreas, dalam siaran persnya, Selasa, perjalanan panjang dari pelabuhan Muara, Padang ke Mentawai, ditempuh bersama perwakilan Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA), Tim Medis Yos Sudarso dan Caritas Indonesia di Padang.

Mereka akan melakukan assessment dan mendistribusi bantuan awal dari World Vision berupa 200 terpal kepada pengungsi di Sikakap.

Perjalanan menuju Mentawai tidaklah mulus, karena harus menantang hujan dan badai ditengah lautan, dan Syamsul Rizal, sang Nahkoda KM Rozoki Tiga Saudara ini, terpaksa melabuhkan kapal tongkang bermuatan 50 ton lebih barang dan 26 orang penumpang itu di pelabuhan Sioban, Kecamatan Sipora Selatan.

"Hujan dan badai sempat mengguncang kapal kami di tengah lautan. Beruntung kami bisa merapat dengan selamat di pelabuhan Sioban," katanya.

Ia sempat melakukan pengamatan di wilayah ini, yang sama sekali tidak terkena tsunami, namun masyarakat di sini sempat cemas dan khawatir, jika terjadi gempa susulan yang lebih besar, sehingga sekitar 33 KK mengungsi ke wilayah gunung.

Sebaliknya, wilayah Kecamatan Sipora Selatan yang terdampak oleh gempa dan tsunami mencakup 7 desa, dan dua desa yang paling parah diterjang tsunami adalah desa Bosua dan Beriulow, yang terletak di pantai barat Pulau Sipora karena langsung menghadap samudera lepas.

"Di Bosua ada 6 dusun, dan yang terparah adalah dusun Gobik dan dusun Masokut Hancur total," ujarnya.

Bangunan yang rusak akibat gempa dan tsunami di dua desa ini terdiri dari 207 rumah rusak berat, 172 rumah rusak ringan, 1 bangunan SD dan 5 buah jembatan.

Diperkirakan jumlah pengungsi di dua desa ini mencapai 1.921 orang atau sekitar 485 kepala keluarga. Tercatat ada 19 balita dan 55 murid SD di pusat evakuasi.

Air bersih tersedia tidak memadai, sementara kondisi kesehatan mulai menurun karena kekurangan makan dan minum. Masyarakat mulai terkena flu, demam dan ISPA. Bantuan sangat minim diterima oleh pengungsi.

Dilaporkan, mereka baru menerima bantuan dari masyarakat Sipora Selatan, dan itupun diterima tanggal 27 Oktober yang lalu. Memasuki tujuh hari paska tsunami, bantuan medis maupun relawan belum kunjung tiba.

"Ini merupakan kapal pertama yang masuk dari lembaga kemanusiaan yang membawa bantuan. Kami bersyukur dan berterima kasih kepada World Vision, Caritas Indonesia, PKPA dan relawan yang berkenan membantu dan memperhatikan kami," ungkap Jimmy Richard H, Koordinator Posko Bantuan Kecamatan Sipora Selatan.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010