Lebak (ANTARA News) - Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda, sepanjang Senin, mencapai 720 kali dan kondisinya masih dinyatakan status "waspada" atau level II.
"Selama ini aktivitas vulkanik Anak Krakatau masih berlangsung dengan frekuensi interval lima sampai 10 menit," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Anton Triambudi, saat dihubungi, Senin.
Anton mengatakan, pihaknya hingga kini terus melakukan pemantauan aktivitas vulkanik kegempaan Anak Krakatau menyusul ditetapkanya sebagai status waspada tersebut.
Berdasarkan hasil rekaman alat seismograf di Pos Pemantau Pasauran, Cinangka, Kabupaten Serang, kegempaan vulkanik sebanyak 729 kali.
Dari 729 kali gempa di antaranya vulkanik dalam (VB) sebanyak 31 kali, gempa vulkanik dangkal (VD) 221 kali, letusan 178 kali, tremor 151 kali, dan hembusan 148 kali.
Sebagian besar aktivitas kegempaan Anak Krakatau yakni letusan dan hembusan.
Dia menyatakan, intensitas kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau terus mengalami peningkatan dibandingkan Minggu (31/10) mencapai 585 kali.
Sepanjang Senin getaran gempa vulkanik mencapai 729 kali, namun status masih menyandang waspada atau level II.
"Saya kira jika aktivitas gempa vulkanik terus naik kemungkinan status akan dinaikkan menjadi "siaga" atau level III," katanya.
Menurut dia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, mengimbau nelayan maupun warga dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda karena sangat membahayakan terkena lontaran pijar.
PVMBG hanya memberikan rekomendasi dengan radius dua kilometer dari titik letusan tersebut.
"Jika mendekati kawasan Anak Krakatau dan terkena lontaran bebatuan pijar lava yang suhunya mencapai 800 sampai 1.000 derajat Celcius dipastikan meninggal," katanya.
Sementara itu, sejumlah warga yang tinggal di pesisir pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, mengaku selama ini mereka tetap tenang dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas kegempaan vulkanik Anak Krakatau.
"Saya seperti biasanya bekerja dan tidak takut terhadap aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau," kata Jaka (40) seorang pengrajin patung di Keacamatan Carita, Kabupaten Pandeglang.
(KR-MSR/Z002)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010