Harus disadari, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam melaksanakan vaksinasi, mengingat tantangan populasi dan geografis Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menargetkan dua juta vaksinasi per hari untuk mengejar kekebalan kelompok atau "herd imunity" terhadap penyakit COVID-19 yang disasar akan tercapai pada akhir 2021.

Namun, target hanya akan menjadi angka semata bila tidak dibarengi dengan upaya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam hal target vaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok, maka ada dua sisi yang harus diperkuat, yaitu sisi pasokan vaksin atau "supply side" dan sisi permintaan atau "demand side".

Upaya untuk mendapatkan vaksin terus dilakukan pemerintah, baik yang berupa hibah maupun impor melalui badan usaha milik negara (BUMN) farmasi.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, kita tetap harus optimistis bahwa dosis vaksin yang diperlukan akan mencukupi untuk seluruh rakyat Indonesia.

Namun, pada sisi pasokan, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana mendekatkan vaksin yang tersedia kepada masyarakat.

Harus disadari, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam melaksanakan vaksinasi, mengingat tantangan populasi dan geografis Indonesia.

Indonesia memiliki lebih dari 270 juta jiwa dan geografis kepulauan dengan luas wilayah dua juta kilometer persegi daratan dan lebih dari 3,2 juta kilometer persegi lautan, belum termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE).

Karena itu, kolaborasi berbagai pihak menjadi faktor kunci dalam menyukseskan program vaksinasi COVID-19.

Sisi pasokan diperkuat melalui kolaborasi dengan berbagai unsur masyarakat; seperti unit pelayanan di daerah, organisasi kemasyarakatan, hingga jaringan TNI/Polri yang ada di berbagai tingkatan masyarakat.

Dengan kolaborasi tersebut, vaksinasi harus dapat diakses di setiap puskesmas, yang setidaknya ada hingga di tingkat kelurahan.

Tidak sedikit pula kegiatan vaksinasi massal diadakan oleh organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, hingga vaksinasi yang dikoordinasi oleh bintara pembina desa (babinsa) TNI dan bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas) Polri.

Lalu, bagaimana dengan sisi permintaan atau demand side? Salah satu permasalahan yang masih muncul adalah penolakan sebagian masyarakat untuk divaksin.

Alasannya bermacam-macam, mulai dari masih meragukan kemanjuran vaksin yang digunakan, khawatir dengan efek samping yang mungkin muncul, hingga termakan informasi yang tidak benar dan menyesatkan tentang vaksinasi.

Dengan berbagai alasan penolakan terhadap vaksinasi yang muncul, maka target untuk mendapatkan kekebalan komunitas atau herd imunity mendapat tantangan yang cukup berat. Riset dan pendapat para ahli kesehatan menyatakan kekebalan kelompok baru akan tercapai bila 70 persen populasi di suatu wilayah sudah divaksin.

Karena itu, perlu ada upaya penguatan dari sisi permintaan agar masyarakat memiliki kesadaran untuk divaksin. Salah satunya melalui penyebaran informasi yang benar dan terpercaya tentang vaksinasi untuk melawan informasi yang salah dan menyesatkan yang selama ini beredar.

Fakta bahwa seseorang yang sudah divaksin masih dapat terjangkit COVID-19 merupakan salah satu alasan seseorang enggan divaksin. Apalagi, fakta tersebut kemudian beredar di media sosial dengan informasi-informasi yang salah dan menyesatkan tentang kemanjuran vaksin yang digunakan.

Masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa vaksinasi tidak seketika membuat seseorang kebal terhadap virus corona penyebab COVID-19 sehingga kemudian mengabaikan protokol kesehatan.

Meskipun sudah divaksin, seseorang tetap harus menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan.

Pemahaman bahwa vaksinasi tidak seketika membuat tubuh kebal, tetapi mengurangi risiko yang mungkin muncul bila terkena COVID-19, harus terus digalakkan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat.

Misalnya, dengan memberikan pemahaman bahwa seseorang yang tidak divaksin lebih berisiko mengalami gejala berat bahkan fatal bila terkena COVID-19 daripada yang divaksin.

Informasi yang tidak benar terkait fakta tentang tidak sedikit tenaga kesehatan yang meninggal dunia karena COVID-19, padahal sudah divaksin sejak program vaksinasi gelombang pertama, juga perlu dilawan dengan informasi yang benar dan terpercaya.

Masyarakat perlu memahami, bahwa meskipun sudah divaksin dan melakukan protokol kesehatan, pada dasarnya tenaga kesehatan adalah kelompok yang bekerja paling berdekatan dengan virus corona penyebab COVID-19.

Mereka menangani langsung pasien-pasien COVID-19, seringkali dengan jam kerja yang cukup panjang serta menyaksikan tidak sedikit pasiennya akhirnya meninggal. Secara fisik dan mental, mereka yang paling lelah menghadapi COVID-19, yang tentu saja akan mempengaruhi imunitas mereka.

Maka ketika imunitas menurun, kemudian ada sedikit saja celah virus corona mendekat, mereka sangat berisiko terjangkit dan mengalami gejala berat hingga fatal.

Untuk memperkuat sisi permintaan, kolaborasi dan sinergi banyak pihak juga menjadi faktor kunci. Para tokoh, ulama, pemengaruh, dan pemimpin opini kunci lainnya harus dilibatkan untuk menyampaikan informasi yang benar dan terpercaya tentang vaksinasi sehingga masyarakat dengan penuh kesadaran mau divaksin.

Salah satu contoh kegiatan vaksinasi yang dilakukan secara kolaboratif dilaksanakan di Kampus Pondok Labu Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta pada Sabtu (31/7).

Kegiatan tersebut merupakan sinergi antara UPN Veteran Jakarta, Polda Metro Jaya, Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) DKI Jakarta, dan Resimen Mahasiswa (Menwa) Jayakarta.

Melalui berbagai jaringan, seluruh pihak yang terlibat mengajak masyarakat untuk datang dan mau divaksin. Antusiasme masyarakat yang datang ternyata cukup tinggi. Panitia yang awalnya hanya menyiapkan 400 dosis vaksin, akhirnya ditambah hingga keseluruhan mencapai 1.700 dosis.

Salah satu peserta vaksinasi adalah Abi Fajar Saputra yang masih berusia 12 tahun. Dia menjalani sendiri proses vaksinasi karena hanya diantarkan oleh orang tuanya dan berharap keikutsertaannya dalam program vaksinasi ikut berkontribusi dalam upaya memutus penularan COVID-19.

“Semoga dengan ini pandemi segera berakhir, tidak ada lagi berita duka karena COVID-19 dan semuanya bisa kembali sehat,” harapnya.

Jadi, ayo divaksin dan menjaga diri serta keluarga dengan tetap menjalankan protokol kesehatan!

Baca juga: IDI: Kekebalan kelompok lindungi masyarakat yang tidak divaksin

Baca juga: Mengakselerasi vaksinasi COVID-19 untuk capai kekebalan kelompok

Baca juga: Kemenkes: Sasaran 181,5 juta vaksin untuk capai kekebalan kelompok

*) Dewanto Samodro adalah Staf Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dan mantan jurnalis

Copyright © ANTARA 2021