Jakarta (ANTARA News) - Sepak bola Indonesia kini tak memiliki lagi wasit elit Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), kata CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono di Jakarta, Senin.
"Setelah Jimmy Napitupulu dan Setiyono, sekarang tak satu pun dari daftar AFC terdapat wasit elit dari Indonesia. Ini pekerjaan besar buat PSSI dan Liga" katanya sela-sela workshop media.
Menurut dia, selanjutnya, PT Liga dan PSSI berkosentrasi mencetak wasit elit ini menyusul kewajiban bagi Indonesia untuk memiliki lima wasit elit dan tujuh asisten wasit elit di AFC, pada 2012.
Dalam kaitan kinerja wasit ini, Liga akan mengumpulkan wasit dan pelatih Djarum Indonesia Super League (DISL) 2010/2011 pada akhir November ini dengan tujuan mencari formula terbaik untuk meminimalisasi terjadinya protes di setiap pertandingan.
"Liga tidak hanya mau memanggil wasit, tetapi juga pelatih. Rencananya kami akan mengajak mereka untuk sharing tentang berbagai hal, terutama bagaimana men-justifikasi wasit," katanya.
Ia berharap, dengan pertemuan ini bisa didapat solusi bagaimana wasit bisa membuat keputusan tepat dan menghindari menjustifikasi wasit secara subyektif.
Sementara ISL memang masih kekurangan wasit pada musim ini. "Musim ini ada enam wasit baru dan 15 asisten wasit baru. Dari seleksi musim ini tersaring 19 wasit, jadi kami menambahkannya menjadi 25. Idealnya membutuhkan 30," katanya.
Untuk pengembangan SDM Liga akan merekrut lima orang yang akan dididik menjadi "management trainee" untuk di beberapa negara yang telah maju sepak bolanya.
"Syaratnya harus fresh graduate dengan IPK minimal 3. Selain itu, mereka bersedia dikirim mengikuti pelatihan di luar negeri," katanya.
Ia mengatakan, untuk marketing dan media dikirim magang ke Jepang, sedangkan untuk urusan teknis ke Belanda. "Bidang hubungan antarklub akan dikirim ke Spanyol, karena kultur klub di Spanyol hampir sama dengan klub di Indonesia. Selain itu, untuk standarisasi lisensi dikirim ke Jerman, sementara legal dan administrasi magang ke Inggris," katanya.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010