Lebak (ANTARA) - Pesisir Pantai Carita dan Anyer bagian Barat Provinsi Banten dinyatakan aman menyusul penetapan status "waspada` kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau.
"Selama ini kegiatan masyarakat pesisir pantai Carita dan Anyer relatif normal dan berlangsung seperti biasa," kata petugas pos pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Jumono, saat dihubungi, di Rangkasbitung, Senin.
Jumono mengatakan, kegempaan vulkanik dan letusan Gunung Anak Krakatau yang kini status "waspada" tidak menimbulkan gelombang tsunami.
Pihaknya menjamin pesisir pantai bagian Barat di Provinsi Banten dinyatakan aman dan tidak berpengaruh aktivitas gunung berapi tersebut.
Namun demikian, Pusat vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, memberikan rekomendasi dengan radius dua kilometer dari titik letusan.
"Kami meminta nelayan maupun wisatawan agar tidak mendekati letusan Anak Krakatau karena sangat membahayakan terkena semburan lava pijar," katanya.
Menurut dia, saat ini warga yang tinggal di pesisir pantai Carita dan Anyer dengan jarak tempuh sekitar 42 kilometer dari Gunung Anak Krakatau relatif aman dan kegiatan masyarakat, seperti biasa dan tidak terpengaruh aktivitas kegempaan gunung tersebut.
Selama ditetapkan status waspada, masyarakat pesisir pantai Barat Provinsi Banten tidak panik karena sering terjadi aktivitas kegempaan.
Pada tahun 2007 lalu, kata dia, aktivitas Anak Krakatau sempat menyandang status "siaga", namun tidak membahayakan bagi warga pesisir itu.
"Saya minta warga pesisir pantai Carita dan Anyer berharap tenang dan tidak termakan isu yang menyesatkan," jelasnya.
Berdasarkan data dari pos pengamatan Gunung Anak Karakatau di Desa Pasauran Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang, sepanjang Minggu (31/10) kegempaan vulkanik mencapai 585 kali.
Dari 585 kali kegempaan itu di antaranya vulkanik A (dalam) 31 kali, vulkanik (dangkal) 228 kali, letusan 178 kali dan embusan 148 kali.
Selain itu, juga kondisi Gunung Anak Krakatau diselimuti kabut tebal akibat letusan tersebut.
(U.KR-MSR/M027/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010