Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 2.500 sapi milik pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi diperkirakan mengalami kekurangan pakan, kata Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia Cabang Yogyakarta Ali Agus.
"Akibat erupsi Merapi yang terjadi pada 26 Oktober 2010, banyak sapi dan hewan ternak lain ditinggal pergi pemiliknya untuk mengungsi sehingga kekurangan pakan," katanya di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, meskipun rumput banyak dijumpai di kawasan lereng Merapi, tidak mungkin dimakan sapi secara cepat karena masih tertutup abu vulkanik Gunung Merapi. Kondisi itu menyebabkan sapi menjadi kekurangan pakan.
"Kebutuhan pakan untuk 2.500 sapi di daerah bencana Merapi diperkirakan mencapai 20 kg hijauan/ekor/hari atau sekitar 50 ton hijauan/hari. Untuk kebutuhan konsentrat rata-rata mencapai lima kg/ekor/hari atau sekitar 12,5 ton/hari," katanya.
Oleh karena itu, Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) membantu memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut dengan mendistribusikan hijauan atau rumput dan konsentrat secara gratis.
"Distribusi pakan ternak dari ISPI tersebut telah dilakukan sejak Jumat (29/10). Setiap hari kami mengirimkan satu truk berisi jerami terutama di daerah Cangkringan dan Purwobinangun, sedangkan konsentrat yang dikirim mencapai satu ton per hari," katanya.
Menurut dia, sebagian jerami dan hijauan didatangkan dari luar Yogyakarta seperti Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah. Untuk distribusi dan identifikasi ternak yang kekurangan pakan pihaknya melibatkan mahasiswa dan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat.
"Kami juga menggalang dana dari anggota ISPI yang tersebar di seluruh Indonesia dan hingga kini telah terkumpul dana sebanyak Rp25 juta," katanya.
Ia mengatakan, ISPI juga memberikan bantuan mineral dan suplemen yang dibutuhkan oleh hewan ternak tersebut.
"Kegiatan itu akan terus dilakukan mengingat erupsi Merapi yang masih terjadi hingga saat ini. Kegiatan serupa juga dilakukan ISPI ketika erupsi Merapi pada 2006," katanya.
(L.B015*V001/N002/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010