London (ANTARA News) - Warga St Petersburg, di Rusia mengikuti upacara "Appasiori Waju" bagi anak yang menginjak dewasa di Sulawesi Selatan dengan cara memasang baju bodo pada seorang gadis, menebar beras diiringi mantra-mantra magis dan suara gendang bertalu-talu.

Cuaca memasuki musim dingin pada kisaran dua derajat Celcius itu tidak mengurangi kekaguman warga St Petersburg akan upacara tradisi "Appasiori Waju", ujar Counsellor, KBRI Moskow, M. Aji Surya dalam keterangannya kepada Antara London, Senin.

Prosesi "Appasiori Waju" digelar di Rayon Petogradski, St. Petersburg, kota ujung barat utara Rusia, disaksikan sekitar 500 undangan yang ingin mengetahui upacara yang digelar Tim Seni dari Sulawesi Selatan yang tengah melakukan muhibah ke negeri beruang putih.

Sebanyak lima warga Petersburg secara bergantian jongkok anggun sambil memasangkan baju bodo warna warni, menabur beras dan aneka rempah-rempah, lalu memberikan restu kepada gadis SMA asal Makasar, Andi Nurfaca Batari.

Sementara tujuh gendang ditabuh dengan irama meliuk-liuk ditingkahi rangkaian lafal-lafal majik, membuat undangan yang hadir di ruang pertunjukan di tengah kota yang sangat terkenal itu menjadi terdiam membisu. "Unik, eksotik dan magis," kata seorang peserta.

Upacara Appasiori Waju merupakan sebuah prosesi menuju kedewasaan bagi seorang anak perempuan Bugis. Tujuh baju warna warni yang dikenakan menyimbolkan warna-warni kehidupan yang mungkin akan dihadapi.

Beras dan berbagai rempah-rempah adalah simbol kesuburan dan makanan yang harus dicari. Sedangkan suara Ana Bacing (semacam bel) yang menyentak merupakan tantangan hidup yang harus dihadapi. "Gadis itu nantinya diharapkan memiliki ketahanan dan kemampuan menghadapi kehidupan seberat apapun," ujar Dubes Hamid Awaludin, Dubes RI untuk Rusia yang berasal dari Pare-Pare.

Untuk melengkapi upacara tersebut, juga ditampilkan tari garapan Aries S. Manya yang dinamakan Tongkonan dipanggungkan. Enam penari dengan kostum warna emas plus topi khas menjulang ke atas (layar perahu) membentuk anak tangga bersama dua laki-laki yang berpakaian warna biru. Gerakan yang didominasi telapak tangan itu seolah ingin menerangkan sebuah kerjasama dan gotongroyong dalam membangun rumah.

Menurut Konselor Pensosbud dan Pendidikan KBRI Moskow, M. Aji Surya, prosesi upacara Appasiori Waju dan tari Tongkonan merupakan bagian utama dari pagelaran tari asal Sulawesi Selatan di kota ujung dunia bagian utara tersebut.

Perhelatan kali ini merupakan atraksi penutup dari serangkaian pertunjukan tunggal di empat kota yaitu di Vladimir, Kazan, Moskow dan St. Petersburg dalam rangka peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia.

Meskipun lebih bernuansa kedaerahan, namun penampilan budaya Sulsel mampu bersaing dengan atraksi budaya lain yang memang lagi marak di Rusia. Hal ini bukti dari hadirnya penonton yang memadati gedung serta apresiasi yang mereka berikan dari satu kota ke kota lainnya, demikian M Aji Surya. (ZG/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010