Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM mendorong akses pembiayaan proyek bioenergi untuk mengoptimalkan dan merealisasikan pencapaian target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengungkapkan kondisi ketahanan energi nasional cukup rentan, sehingga pemerintah mendorong upaya diversifikasi energi dengan memberikan kepastian mulai dari inovasi teknologi hingga ketersediaan pembiayaan.
"Kami menyadari tantangan pembiayaan energi baru terbarukan di Indonesia masih cukup banyak, seperti tarifnya yang sampai dengan saat ini dianggap belum mencerminkan keekonomian," ungkap Andriah dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan pemerintah sedang berupa mengatasi hambatan pembiayaan proyek energi hijau melalui Peraturan Presiden terkait energi baru terbarukan yang diharapkan terbit dalam waktu dekat.
Selain itu, Kementerian ESDM juga menjalin kerja sama dengan Deutsche Gesselschaft für Internationalle Zusammenarbeit (GIZ) mendorong dan mempromosikan akses pembiayaan untuk pengembangan inovasi pemanfataan bioenergi dalam kerangka kerja proyek strategis Exploration of Economic Mitigation Potential through Renewables (ExploRE).
GIZ merupakan perpanjangan tangan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam, dan Keamanan Nuklir Pemerintah Jerman.
Sejumlah pihak telah mendapatkan dukungan pembiayaan dari perbankan untuk pengembangan sejumlah pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM), salah satunya adalah Growth Steel Group (GSG).
Pengembangan PLTBM yang dilakukan sejak tahun 2009 tersebut mengandalkan limbah industri kelapa sawit dan limbah pertanian lainnya sebagai bahan baku utama.
GSG mendapatkan dukungan pembiayaan dari PT Bank Central Asia (BCA) sebesar 70 persen dari total biaya pengembangan.
Angka serupa juga diperoleh PT Bangga Biogas Synergy yang mendapatkan dukungan pendanaan sebesar 70 persen dari Bank Sumselbabel untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg).
Vice President Corporate Banking BCA Yayi Mustika mengatakan miliki portofolio energi baru terbarukan sebesar Rp4,81 triliyun rupiah.
Dari jumlah tersebut, 68 persen diletakkan pada sektor bioenergi dan sisanya dialokasikan pada renewable energy power plant.
Lembaga keuangan lain, seperti PT Sarana Multi Infrastruktur juga memiliki fokus dukungan pendanaan di bidang pembangunan berkelanjutan, termasuk pengembangan energi bersih.
Perusahaan pelat merah itu menyediakan layanan konsultansi bagi pengembang proyek-proyek bioenergi untuk meningkatkan bankabilitas. Layanan serupa juga dapat diakses oleh pengembang proyek bioenergi melalui konsultan hukum, salah satunya UMBRA.
Mewakili Proyek GIZ-ExploRE Dody Setiawan mengungkapkan bahwa Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi bioenergi yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Menurutnya, peluang dan dukungan pendanaan yang saat ini masih menjadi tantangan utama. Apabila akses pembiayaan mudah dijangkau pengusaha, maka pengembangan inovasi bioenergi akan semakin tersedia dan terbuka lebar.
"Portofolio lembaga keuangan di Indonesia diharapkan dapat memberi kesempatan lebih luas bagi pembiayaan proyek-proyek bioenergi," pesan Dody.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021