Jakarta (ANTARA) - Sebuah survei global Kaspersky baru-baru ini mencatat sebanyak 38 persen responden takut menggunakan aplikasi kencan, karena khawatir menjadi korban para penipu daring.
Sementara 34 persen responden mengungkapkan bahwa mereka tidak mempercayai orang-orang dalam aplikasi kencan. Sebanyak 15 persen responden menjadi sasaran pelaku kejahatan siber, dan 31 persen responden yang mengontak para penipu berhasil menghindari serangan.
“Berkencan daring dapat dianggap sebagai petualangan yang berisiko, karena pada awal perkenalan Anda tidak mengetahui informasi apapun tentang satu sama lain," ujar peneliti keamanan di Kaspersky David Jacoby dalam siaran pers, dikutip Jumat.
Namun, David mengatakan penipuan tersebut dapat dicegah dengan selalu memperhatikan beberapa tanda bahaya dan tetap waspada serta mengawasi perilaku digital teman daring tersebut.
Baca juga: Tips menjaga keamanan siber selama WFH
Jika mereka meminta sejumlah uang atau detail pribadi pada hari pertama atau kedua kencan daring, maka lebih baik pertimbangkan apakah komunikasi tersebut layak untuk dilanjutkan.
"Selain itu, menerapkan langkah keamanan dasar dapat menjadi cara yang berguna untuk menjaga pengalaman kencan daring Anda tetap aman dan menyenangkan,” kata David.
Guna melindungi diri sendiri, diperlukan kepekaan untuk mengetahui apa yang diincar para penipu daring. Penipu biasanya mengincar sejumlah hal, seperti uang, data, identitas, atau keinginan untuk menguntit dan melakukan pemerasan secara emosional.
"Diperlukan kehati-hatian yang besar dan jika ini diikuti perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan, hubungan tersebut harus segera diakhiri," ucap Stefan Ruzas dari Munich practice Liebling + Schatz.
Agar terhindar dari aksi penipuan saat berkencan daring, Kaspersky menyarankan untuk memeriksa kembali pengaturan privasi di seluruh akun media sosial serta aplikasi kencan untuk memastikan informasi sensitif, seperti alamat rumah atau tempat kerja tidak dipublikasikan.
Selain itu Kaspersky juga menyarankan menggunakan solusi keamanan efektif yang menawarkan perlindungan tingkat lanjut di beberapa perangkat.
Baca juga: Belajar offline lebih menyenangkan bagi anak di Asia Pasifik
Baca juga: Siaran palsu Olimpiade berupaya curi data pengguna
Baca juga: Separuh anak di Asia Pasifik belajar online lewat ponsel
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021