Kita fokus ke pasar-pasar di luar tier 1 city, di luar lima kota besar di Indonesia, karena kita lihat di situ lah pasar yang paling membutuhkan pelayanan teknologi seperti Bukalapak
Jakarta (ANTARA) - Chief Executive Officer PT Bukalapak.com Tbk Rachmat Kaimuddin mengatakan perseroan akan fokus menggenjot bisnis di luar lima kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan, sebagai strategi bersaing dengan pelaku industri e-commerce lainnya di Tanah Air.
"Kita fokus ke strategi kita sendiri. Kita ingin selalu menguatkan posisi kita untuk memberdayakan UMKM. Kita fokus ke pasar-pasar di luar tier 1 city, di luar lima kota besar di Indonesia, karena kita lihat di situ lah pasar yang paling membutuhkan pelayanan teknologi seperti Bukalapak," ujar Rachmat saat jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Menurut Rachmat, pihaknya juga akan tetap konsisten dengan fokus kepada pelaku UMKM tidak hanya secara daring, tapi juga melalui layanan luring. Perseroan memiliki rekam jejak program online to offline (O2O) yang dikenal dengan nama Mitra Bukalapak yang diklaim telah menunjukkan hasil yang bertumbuh secara signifikan. Pertumbuhan pendapatan mitra Bukalapak dari 2018 hingga 2020 lebih dari 1.200 persen.
Berdasarkan riset Frost & Sullivan, Bukalapak merupakan platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia. Tahun lalu, sekitar 27 persen dari processing value (TPV) Bukalapak berasal dari mitra. Per akhir Desember 2020, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan.
"Strategi bisnis Bukalapak sebenarnya cukup konsisten, initinya kita akan fokus untuk menguatkan platform all commerce kita, mulai dari e-commerce dan mitra Bukalapak. Jadi itu kita akan selalu kerjakan bagaimana caranya lebih banyak lagi customer UMKM kita supaya mereka bisa dapat bisnis yang lebih besar dan sebagainya," kata Rachmat.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, Bukalapak tercatat masih mengalami kerugian Rp1,35 triliun, membaik 51,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp2,79 triliun. Kerugian tersebut seiring dengan masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp1,49 triliun. Sementara pendapatan Bukalapak pada 2020 mencapai Rp1,35 triliun, naik 25,56 persen dibandingkan 2019 Rp1,07 triliun.
Sementara itu, total aset konsolidasian perseroan pada per akhir Desember 2020 mencapai Rp2,59 triliun, naik 26,29 persen dari tahun sebelumnya Rp2,05 triliun. Kenaikan total aset konsolidasian perseroan terutama disebabkan oleh kenaikan kas dan setara kas konsolidasian sebesar 67,93 persen atau senilai Rp600 miliar, serta kenaikan aset pajak tangguhan konsolidasian senilai Rp477,79 miliar.
Bukalapak sendiri pada hari ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau IPO. Sebelumnya, Bukalapak telah menyelesaikan proses penawaran awal (bookbuilding) dan roadshow dari 9-19 Juli 2021 serta penawaran umum dari 27-30 Juli 2021. Sebagai hasil dari antusiasme yang besar dari para investor umum, tercatat jumlah pemesanan yang tinggi (melalui metode pooling allotment), mencapai sekitar Rp4,8 triliun.
Bukalapak telah menambah porsi pooling allotment bagi investor ritel dari semula 2,5 persen ke 5 persen dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor ritel naik dari yang sebelumnya Rp547,5 miliar menjadi sekitar Rp1,1 triliun.
Sesuai dengan ketentuan dalam penawaran umum perdana saham, Bukalapak menawarkan 25,76 miliar lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp 850 setiap sahamnya. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sekitar Rp 21,9 triliun dan akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak-anak usahanya guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, serta keberlangsungan.
Baca juga: Mansek: 70 persen pemesan saham IPO Bukalapak adalah nasabah milenial
Baca juga: Saham Bukalapak terkena ARA saat pencatatan perdana di bursa
Baca juga: Banyak diminati, investor disarankan tetap cermati prospek Bukalapak
Baca juga: Setelah Bukalapak, GoTo diprediksi akan menyusul IPO tahun ini
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021