"Kalau terlihat langsung seperti saat ini, kami bisa lebih tenang, dan bisa menyaksikannya," kata seorang warga desa terakhir sebelum puncak Merapi di Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Parno Sibang, di Magelang, Minggu sore.
Ia bersama belasan warga lainnya, terutama laki-laki, menyaksikan semburan awan panas beberapa kali dari pinggir jalan beraspal di Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, sekitar 10 kilometer barat puncak Merapi.
Sejumlah Warga di berbagai dusun terakhir di kawasan Merapi menyaksikan semburan awan panas beberapa kali itu sejak sekitar pukul 14.30 WIB.
Mereka antara lain warga berbagai dusun di Desa Ngargomulyo, Krinjing, Kalibening, Sumber, Mangunsoko, Sengi, dan Sewukan.
Awan panas yang biasa mereka sebut sebagai "wedus gembel" itu cukup besar dan bergulung-gulung keluar dari puncak gunung.
"Kalau yang besar dan siang hari terlihat kami, baru pertama kali ini selama fase erupsi Merapi 2010," kata Sibang yang juga petani setempat itu.
Seorang warga Dusun Batur Ngisor, Desa Ngargomulyo, Triyono, juga mengaku melihat pertama kali awan panas selama fase erupsi Merapi 2010 pada Minggu sore.
"Yang Selasa (26/10) dan Sabtu (29/10) karena petang dan dini hari, suasana gunung gelap sehingga tidak terlihat semburan awan panas besar itu, kalau yang saat ini (31/10) besar dan terlihat jelas," katanya.
Seorang warga Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Santo, mengatakan, awan panas cukup besar juga terlihat dari areal persawahan di dusun yang terletak di tepi alur Kali Senowo yang aliran airnya berhulu di kaki Merapi itu.
Seorang warga Desa Sengi, Srini, mengaku, mengungsi hingga Desa Tlatar, Kecamatan Sawangan saat awan panas cukup besar itu menyembur dari puncak Merapi.
Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, warga di berbagai dusun berdiri di tempat yang leluasa untuk bisa menyaksikan Gunung Merapi yang sebagian badannya tertutup awan cukup tebal.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010