Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto, meminta PLN lebih aktif membangun pembangkit listrik sendiri daripada mengandalkan peran Independen Power Producer (IPP) atau perusahaan listrik swasta.

"Saat ini pasokan listrik untuk wilayah Jawa-Bali mayoritas disediakan oleh IPP. Kondisi ini tentu tidak ideal. Karena PLN adalah kuasa usaha yang mendapat mandat mewakili Negara untuk mengelola sektor kelistrikan," kata Mulyanto dalam rilis di Jakarta, Jumat.

PLN, ujar dia, harus mengupayakan dapat membangun pembangkit listrik dengan skema kerjasama permodalan dan bagi hasil yang saling menguntungkan. Mulyanto menilai upaya ini lebih aman ketimbang tergantung kepada pihak IPP.

Ia berpendapat bahwa bila IPP mendominasi sektor pembangkitan, dikhawatirkan muncul kondisi dimana tarif listrik atau subsidi sektor kelistrikan dikendalikan oleh pihak swasta. Hal tersebut, lanjutnya, sebab porsi pemasukan sisi pembangkitkan adalah 70 persen dari total bisnis kelistrikan.

"Kita perlu mendorong PLN lebih aktif membangun pembangkit listrik. Terutama pembangkit listrik hijau yang menguntungkan. Sehingga dengan keuntungan itu PLN bisa membayar hutangnya, sekaligus secara perlahan tapi pasti kembali mendominasi sektor pembangkitan listrik," kata Mulyanto.

Untuk itu, Mulyanto menyambut baik kerjasama PLN dengan beberapa lembaga permodalan dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, Purwakarta, Jawa Barat.

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini menegaskan bahwa lingkup kerja PLN di bidang pembangkit, transmisi dan distribusi yang terintegrasi ini perlu dipertahankan dan bahkan dikokohkan dalam rangka meningkatkan ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Terkait PLTS Cirata, sebelumnya Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, berpotensi mengurangi emisi karbon dioksidan sebanyak 214 ribu ton per tahun.

"Kehadiran PLTS Terapung Cirata 145 megawatt ini akan menjadi revolusi pengembangan energi baru terbarukan di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa (3/8).

Proyek listrik ramah lingkungan itu telah memperoleh dukungan dana dari lembaga keuangan internasional, yakni Sumitomo Mitusi Banking Corp, Societe Generale, dan Standard Charter Bank dengan nilai investasi sekitar 129 juta dolar AS.

Kini PLTS terapung tersebut akan memasuki tahap konstruksi selama 18 bulan dan ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada November 2022.

Zulkifli mengungkapkan total kapasitas pembangkit milik PLN yang beroperasi hingga semester I tahun ini tercatat sebesar 63 gigawatt dengan komposisi energi baru terbarukan sebanyak 7,9 gigawatt atau setara 13 persen.

Menurutnya, proyek PLTS terapung seluas 250 hektare itu akan memberikan kontribusi tambahan energi baru terbarukan sekitar 0,2 persen.

Baca juga: Pemerintah harapkan PLTS Terapung Cirata beroperasi sesuai target
Baca juga: PLN sebut bauran energi bersih capai 13 persen per Juni 2021
Baca juga: PLN pastikan penyaluran stimulus listrik tepat sasaran

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021