Denpasar (ANTARA News) - Berdasar data yang dilansir lembaga swadaya masyarakat (LSM) Eco Sanur, di Bali sedikit-dikitnya terdapat 750 ton sampah plastik per hari dari total 5.000 ton sampah yang dihasilkan di Bali.

"Ini realitas persoalan di Bali yang harus kita tangani bersama-sama, agar masalah sampah plastik, tidak berdampak lebih buruk lagi bagi lingkungan sekitar," ujar Ida Bagus Anom, aktivis Eco Sanur, ditemui Minggu.

Sampah plastik yang tidak bisa diurai oleh bakteri itu, berasal dari sampah rumah tangga seperti kemasan makanan dan minuman maupun perabotan rumah bekas yang dibuang ke sungai atau terbawa hujan ke daerah lebih rendah atau hilir.

Ia mengatakan, sampah plastik yang membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan manusia itu, tidak mampu ditangani pemerintah lewat petugas dan instansi teknis di Dinas Kebersihan dan Pertamanan, sehingga banyak sampah bertebaran di semua tempat.

Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap atau budaya masyarakat yang tidak peduli dengan sampah plastik yang dibuang sembarangan di lingkungan tempat tinggal mereka sehingga semakin menambah produksi sampah plastik.

Masyarakat kurang memahami dan membiasakan memisah, memilah sampah anorganik (kimiawi) dan organik sehingga kerap mencampuradukkan kedua jenis sampah itu. Padahal, jika dikelola secara baik, sampah plastik bisa dimanfaatkan lagi atau didaur ulang dan sampah organik bisa menjadi pupuk kompos .

"Masyarakat seperti dari Hulu banyak yang membuang sampah ke sungai sehingga banyak sampah plastik itu terbawa dan terjebak di hutan bakau atau mangrove," ujarnya.

Selain mengancam kehidupan tumbuhan dan hewan di sekitar pantai, tumpukan sampah itu juga merusak keindahan pantai yang selama ini menjadi andalan pariwisata di Bali.

"Tanaman mangrove banyak yang mati karena akar-akarnya tidak bisa bernafas setelah tertutup timbunan sampah plastik," kata Anom mencontohkan.

"Kami terus kampanyekan gerakan penyadaran sejak dini kepada anak-anak dan masyarakat lainnya agar tidak membakar sampah plastik dan memisahknya dengan sampah organik," katanya menambahkan.

Selain itu, secara rutin dilakukan aksi kebersihan dan penghijauan di tempat-tempat yang rawan pembuangan sampah.

Tidak hanya itu kini, ada upaya dilakukan untuk tidak hanya memfokuskan kegiatan di tingkat hilir namun juga memprioritaskan di tempat hulu yang menjadi salah satu sumber pemasok sampah kimiawi.

"Kegiatan pembersihan sampah dan gerakan penyadaran untuk menjaga lingkungan dari sampah plastik juga mulai dilakukan di daerah hulu sungai," ucapnya.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010