Sleman (ANTARA News) - Sejumlah pengungsi letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai terserang diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
"Serangan diare dan infeksi saluran pernapasan atas terhadap para pengungsi ini terjadi hampir di semua barak pengungsian," kata salah satu dokter di Pos Kesehatan Barak Desa Purwobinangun Sri Hastuti Barata, Jumat.
Pantauan di barak Desa Umbulharjo, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan dan Desa Purwobinangun Kecamatan Pakem, selain terkena serangan kedua penyakit itu, pengungsi juga terserang maag, gatal-gatal, dan nyeri perut.
"Kami sangat mengharapkan pengungsi dapat menjaga kebersihan dirinya maupun lingkungan barak pengungsian," katanya.
Ia mengatakan diare dan ISPA merupakan penyakit menular sehingga tidak menutup kemungkinan jumlah penderita penyakit itu semakin bertambah banyak, kalau tidak ada perilaku bersih dari pengungsi.
"Pengungsi yang sudah terserang penyakit diare dan ISPA ini terus kami data, karena petugasnya selalu berganti-ganti maka belum angka pastinya belum diketahui. Yang jelas setiap hari ada pengungsi yang datang ke pos kesehatan karena diare dan ISPA," katanya.
Serangan diare dan ISPA ini juga menimpa pengungsi di barak Umbulharjo.Para pengungsi silih berganti mendatangi pos kesehatan yang ingin periksa.
"Setiap hari jumlah pasien yang diperiksa jumlahnya di atas seratus orang. Kalau pengungsi yang lansia biasanya karena kecapekan dan mereka merasa pusing-pusing," kata salah satu dokter di pos kesehatan barak Desa Umbulharjo Irwan.
Salah satu pengungsi Sumirah (55) warga Dusun Gondang, Desa Umbulharjo mengatakan, dirinya sedang merasa pusing dan badannya merasa berat tidak nyaman.
"Sepertinya saya kecapekan karena kalau siang hari naik ke dusun untuk mencari rumput," katanya.
Gangguan kesehatan juga dialami pengungsi di barak Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan.
"Pengungsi yang periksa di sini kebanyakan terserang ISPA. Kami langsung berikan pelayanan medis dan kemudian diberikan obat," katanya.
(V001/H008/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010