Aktivitas luar arena Allyson Felix itu hanya membuat pencapaiannya di dalam arena makin mengkilap.
Selain sembilan medali Olimpiade, Felix juga mengoleksi 18 medali kejuaraan dunia, termasuk 13 medali emas.
Tetapi “medali” yang tak ternilai yang dia miliki adalah Camryn, anaknya yang berusia tiga tahun itu.
Felix tadinya akan makin bangga lagi jika berlomba dalam Olimpiade terakhir sambil membawa Camryn ke arena lomba.
Tetapi aturan pembatasan terkait pandemi yang ketat diterapkan Jepang membuat niat membawa si kecil pun pupus.
Rekannya, Quanera Hayes, juga tadinya ingin membawa Demetrius, anaknya, agar bisa bertemu Cammy di arena lomba, selagi kedua ibu mereka berebut medali Olimpiade.
Hayes sendiri menganggap Felix inspirasinya. “Saya berterima kasih atas semua yang dia lakukan untuk kaum ibu.”
“Dia yang membuka jalan bagi saya sebagai atlet dan semua yang dia lakukan demi cabang olahraga ini, saya berterima kasih sekali kepada dia karena dia tak pernah menyerah.”
Atlet lain yang memandang Felix inspirasinya adalah Gabby Thomas.
Gadis berusia 21 tahun ini adalah atlet istimewa. Gabby Thomas adalah lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, Universitas Harvard, setelah menyelesaikan kuliah jurusan neurobiologi dan kini sedang menyelesaikan master epidemiologi.
"Allyson Felix adalah inspirasi terbesar saya,” kata Thomas yang sudah mempersembahkan medali perunggu 200m putri Olimpiade Tokyo kepada Amerika Serikat.
“Kerendahan hati dan keanggunan dia serta betapa baiknya dia pada apa yang dia lakukan, dialah sang inspirasi, jadi satu tim bersama dia membuat saya ingin menangis,” kata Thomas.
Apakah sang pemberi inspirasi sukses merebut lagi medali Olimpiade? Jawabannya, Jumat dan Sabtu pekan ini.
Baca juga: Dari ubi sampai Champs, kunci Jamaika kuasai lari jarak pendek dunia
Baca juga: Olimpiade Tokyo semestinya menjadi inspirasi remaja
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021