Sleman (ANTARA News) - Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Minertal Sukhyar mengatakan pascaletusan Gunung Merapi Selasa (26/10) masih ada ancaman lagi yakni luncuran awan panas dan lahar dingin saat terjadi hujan di puncak.
"Sampai hari ini (Jumat) masih tercatat adanya luncuran awan panas sejak pagi, mengarah ke kali Gendol dengan jarak luncur sejauh empat kilometer," katanya di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta memang belum mendapatkan adanya indikator visual terbentuknya kubah lava baru seperti kebiasaan Gunung Merapi selama ini.
"Sesuai kebiasaan Merapi, setelah terjadinya letusan eksplosif memang diikuti dengan terbentuknya kubah aktif, awan panas yang meluncur dan guguran material dari puncak," katanya.
Ia mengatakan, jika ancaman eksplosif tidak ada lagi, maka tinggal menunggu pertumbuhan kubah lava baru.
"Melihat akibat letusan eksplosif pada Selasa lalu, memang terjadi `direct blast` yang mengarah langsung ke lereng Merapi," katanya.
Sukhyar mengatakan, kekuatan awan panas punya daya rusak yang besar menerjang apa saja di sepanjang lereng.
"Wajar saja jika di lereng selatan Merapi terlihat kerusakan cukup parah dan menghancurkan dusun Kinahrejo hingga menewaskan warga. Awan panas itu terdiri dari debu, gas, pasir, panas dan kecepatan tinggi," katanya.
(ANT/A024)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010