Jakarta (ANTARA News) - Politisi muda Partai Golkar yang juga anggota Komisi I DPR RI, Fayakhun Andriadi, menegaskan, Bhinneka Tunggal Ika merupakan dasar filosofis yang menjelaskan keanekaragaman sebagai potensi pemersatu sekaligus kekuatan dahsyat Indonesia.

Ia mengatakan itu dalam sebuah diskusi sehubungan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, di Jakarta, Kamis.

"Tepat 82 tahun lalu, Kongres II Pemuda Indonesia yang dihadiri sejumlah perwakilan pemuda dari berbagai wilayah Nusantara menggemuruhkan eksistensi kebangsaan Indonesia di Gedung `Indonesische Clubgebouw` di Jalan Kramat Raya 106.

Spirit kebangsaan yang tumbuh berakar di atas kebhinekaan itulah, menurut Fayakhun Andriadi, merupakan potensi sekaligus kekuatan besar Indonesia dalam merespons kondisi sosial, politik, ekonomi maupun budaya Nusantara dari masa ke masa.

"Dasar kebhinekaan dan spirit persatuan kesatuan inilah pula yang kemudian memicu semangat para pemuda dan seluruh rakyat ketika itu yang sedang berupaya menyusun kekuatan untuk meraih kemerdekaan," katanya.

Momentum Fenomenal

Bagi Fayakhun Andriadi yang juga pemerhati teknologi informatika dan komunikasi (TIK) ini, Sumpah Pemuda telah menjadi momentum fenomenal untuk menginisiasi kebangkitan kebangsaan sehingga terus menggema hingga sekarang.

"Bahwa kita boleh berbeda-beda dalam aneka latar, tetapi kita tetap satu. Kita bhineka, tetapi tetap tunggal ika. Ini kan dahsyat. Dan lebih hebat lagi, semua ini diinisiasi oleh barisan muda sebagai motor penggerak dan agen perubahan (`agent of change`)," ujarnya.

Ia lalu berpendapat, ada dua hal penting yang bisa dipetik dalam situasi historis tersebut.

"Yakni, peran penting pemuda, lalu perubahan paradigma yang dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan yang terealisasi dalam penguasaan, pemanfaatan dan eksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung kemajuan bangsa," tegasnya.

Jadi, menurutnya, spirit kebangsaan dan bersatu itu tadi, harus bisa membawa dampak pada upaya peningkatan kemampuan kualitas generasi dari masa ke masa, guna mengangkat harkat martabat bangsa ini.

"Artinya, perubahan zaman telah mengubah paradigma pergerakan kebangsaan dari perjuangan fisik, menjadi perjuangan kesadaran. Yakni, kesadaran untuk maju di alam modern, yang ditentukan oleh seberapa besar kehendak dan respons pemuda terhadap dinamika zaman. Ini harus dijawab dan terus diperjuangkan," kata Fayakhun Andriadi lagi.(M036/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010