Jadi tidak ada bentuk pengakuan formal terhadap status kehadiran para menteri
Jakarta (ANTARA) - Indonesia menegaskan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tidak memberi pengakuan terhadap pemerintahan junta militer Myanmar, meskipun telah menyepakati komunike bersama (joint communique) pertemuan ke-54 para menteri luar negeri ASEAN (AMM).
Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto R Suryodipuro, pengesahan komunike ASEAN tersebut tidak bisa dilihat sebagai pengakuan terhadap junta Myanmar.
Dijelaskannya bahwa sejak militer mengambil alih kekuasaan dari pemerintah terpilih Myanmar dalam kudeta 1 April 2021, seluruh dokumen resmi ASEAN tidak lagi menggunakan kalimat “we the ministers…” (kami, para menteri) tetapi memakai istilah “the meeting…” (pertemuan).
“Jadi tidak ada bentuk pengakuan formal terhadap status kehadiran para menteri,” kata Sidharto saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Rabu, tentang hasil komunike ASEAN.
Baca juga: Junta militer Myanmar janjikan pemilu, kerja sama ASEAN
Dalam paragraf 93 komunike yang disahkan pada Rabu itu, dijelaskan secara khusus tentang perkembangan krisis Myanmar yang telah mengundang keprihatinan dunia karena laporan korban jiwa dan kekerasan.
Dalam hal ini, ASEAN mencatat kemajuan yang berhasil dicapai dalam AMM kali ini yaitu komitmen dan penerimaan Myanmar terhadap pelaksanaan Konsensus Lima Poin yang telah disepakati para pemimpin ASEAN guna membantu penyelesaian krisis di negara itu.
Selain itu, ASEAN juga menyambut baik penunjukan Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam Erywan Yusof sebagai utusan khusus ASEAN yang akan memulai tugasnya di Myanmar, termasuk membangun kepercayaan dan keyakinan dengan akses penuh kepada semua pihak terkait.
Kemudian, ASEAN menegaskan kembali peran AHA Centre untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Myanmar sebagaimana diamanatkan dalam Konsensus Lima Poin.
Konsensus tersebut terdiri dari pertama, segera dihentikannya kekerasan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya; kedua, segera mulai dialog konstruktif antara semua pihak terkait di Myanmar untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat; ketiga, utusan khusus ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Selanjutnya keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre; dan kelima, utusan khusus serta delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.
Baca juga: Menlu Brunei ditunjuk sebagai utusan khusus ASEAN untuk Myanmar
Baca juga: Indonesia berharap Myanmar segera setujui utusan khusus ASEAN
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021