Pamekasan (ANTARA News) - Malam "seribu lilin" mewarnai peringatan hari Sumpah Pemuda di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kamis malam.

Acara yang diprakarsai oleh gabungan Hahasiswa Sumekar Raya (Mahasurya) ini digelar di halaman Islamic Centre di Jalan Raya Panglegur, Pamekasan.

Panitia Pelaksana Kegiatan Dino mengatakan, kegiatan malam seribu lilin sengaja digelar untuk merefleksikan peran kaun muda dan mahasiswa dalam perjalanan sejarah bangsa ini.

Sebab menurut dia, Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 lalu, telah memberikan arti penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kami berharap kegiatan yang merupakan renungan ini bisa membentuk komitmen bersama hingga pada akhirnya kita memiliki kesadaran bersama bagaimana pemuda menjadi ujung tombak perjuangan bangsa ini," katanya.

Acara malam seribu lilin yang juga merupakan rangkaian dari deklarasi organisasi Mahasurya ini dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan pengarahan dari Ketua Mahasurya, Fathorrahman.

Dalam kesempatan itu Fathorrahman menyatakan, gelar malam seribu lilin pada hari Sumpah Pemuda ini sebagai simbol bahwa pemuda sejatinya merupakan penerang kehidupan berbangsa dan bernegara jika kalangan pemuda itu bergerak dalam garis perjuangan yang benar.

"Sebaliknya, perjuangan para pemuda juga bisa gelap tanpa arah jika bergerak di jalan yang salah," katanya.

Oleh karena itu, sambung Fathorrahman, melalui refleksi malam seribu lilin tersebut, pihaknya mengajak kepada semua kalangan pemuda agar senantiasa terus meningkatkan komitmen untuk terus membangun bangsa ini ke arah yang lebih melalui gerakan-gerakan para pemuda yang positif.

Wartawan ANTARA di Pamekasan melaporkan, dalam acara refleksi malam seribu lilin ini, para mahasiswa juga mendoakan para korban letusan Gunung Merapi dengan membacakan Al Qur`an Surat Yasin secara bersama-sama.

Refleksi renungan malam seribu lilin yang dihadiri mahasiswa asal Sumenep yang kuliah di berbagai perguruan tinggi di Pamekasan itu berlangsung dengan hikmat. (ANT/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010