Pontianak (ANTARA News) - Duta Baca Indonesia Tantowi Yahya mengatakan penyebab utama minat baca di kalangan masyarakat Indonesia masih rendah karena faktor ekonomi.
"Ternyata minat baca berkaitan dengan kemampuan ekonomi suatu keluarga untuk membeli buku atau koran," katanya usai menghadiri pencanangan gerakan "Kalimantan Barat Membaca" di Pontianak, Kamis.
Tantowi mengatakan kebutuhan primer masyarakat Indonesia masih diprioritaskan untuk makan, biaya sekolah, buku pelajaran, sedangkan buku bacaan, bukan suatu prioritas.
Oleh karena itu, kata anggota Komisi I DPR RI itu, peran perpustakaan dari tingkat nasional hingga desa dibutuhkan untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki kemampuan membeli bahan bacaan.
"Karena itu saya sangat berterima kasih kepada kelompok atau organisai yang berinisiatif membuka taman bacaan," jelasnya.
Menurut dia, untuk menanamkan minat baca dari awal membutuhkan peran orang tua apalagi peran ibu.
"Karena itu sebagai Duta Baca Indonesia saya memiliki tugas untuk hadir dalam acara-acara yang terkait dalam minat baca. Namun yang paling penting adalah penyadaran dari ibu-ibu," kata Tantowi.
Tantowi menegaskan ibu adalah perpustaakaan pertama. "Ibu yang membaca di depan anak-anak sangat besar peranannya terhadap kecintaan anak-anak terhadap buku," katanya meyakinkan.
Faktor kedua penyebab masih rendahnya minat baca, kata Tantowi Yahya, adalah masih rendahnya anggaran untuk perpustakaan.
"Hal itu dapat dilihat dari angaran baik dari pusat dan daerah yang didedikasi untuk perpusataan masih sangat memprihatinkan," katanya.
Selain itu komitmen dari kepala daerah terhadap perpustakaan tidak banyak. "Berapa banyak kepala daerah ketika kampanye menyinggung masalah perpustakaan, tidak banyak," ujar Tantowi.
Dari banyak kepala daerah, katanya, ada satu kepala daerah yang sangat peduli kepada perpusatakaan, yakni Kepala Daerah Riau. Perpustakaan di daerah ini megah, lengkap, dan posisisinya di samping kantor Gubernur.
"Komitmen seperti Gubernur Riau dapat dijadikan contoh," katanya. (*)
(ANT-089/M008/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Sehingga di back up dgn anggaran berapapun karena budaya baca memang tidak ditanamkan sejak kecil. Yg ada adalah mereka hanya suka makan, padahal katanya orng Jepang itu lebih suka membeli bacaan daripada membeli makanan.
Membaca pelajaranpun yg mestinya wajib mereka ogah. Apa kata dunia, mana mungkin Indonesia akan maju. Tapi maunya lulus klo tdk kesurupan.