Mataram (ANTARA News) - Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Handar, SE, MA, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun 2010 diperkirakan mencapai 6,0 hingga 6,3 persen.

Handar dalam seminar Kebangkitan Ekonomi Nasional dan NTB, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Mataram, di Mataram, Kamis, mengatakan, perkiraan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2010 itu merujuk pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang diperkirakan mencapai 4,9 hingga 5,2 persen.

Selain itu, konsumsi pemerintah diperkirakan 4,2 hingga 4,5 persen, pembentukan modal tetap domestik bruto diperkirakan mencapai 9,9 hingga 10,2 persen, ekspor barang dan jasa diperkirakan mencapai 13,4 hingga 13,7 persen serta impor barang dan jasa diperkirakan mencapai 17,9 hingga 18,2 persen.

"Sumber pertumbuhan ekonomi sesuai perkiraan tersebut didorong oleh konsumsi swasta dan ekspor," katanya.

Menurut dia, kuatnya konsumsi swasta itu didorong oleh konsumsi non-makanan, penjualan mobil dan motor masih tinggi, penjualan barang elektronik juga mengalami peningkatan dan impor barang konsumsi juga meningkat.

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit konsumsi juga masih tetap tinggi sehingga tersimpulkan bahwa konsumsi swasta masih tetap tinggi.

"Bahkan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Tahun 2011 diperkirakan mencapai 6,0 hingga 6,5 persen," ujarnya.

Handar juga mengemukakan bahwa investasi juga diperkirakan akan mengalami peningkatan, terutama mulai semester II 2010 sejalan dengan meningkatnya permintaan akan penambahan kapasitas produksi.

Dari sisi produksi, beberapa sektor diperkirakan juga masih akan tumbuh tinggi, antara lain sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan dan sektor bangunan.

Khusus untuk ekspor, sudah mulai mengalami peningkatan sejak memasuki kuartal IV 2010 yang sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia dan harga komoditas.

"Peningkatan ekspor tidak hanya untuk komoditas SDA seperti pertambangan dan pertanian, tetapi juga untuk industri. Selain ke negara berkembang, peningkatan ekspor juga terlihat ke negara maju," ujarnya.

Sementara itu, dari sisi investasi, Handar mengatakan, peningkatan permintaan masih dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang ada.

Peningkatan investasi terlihat dari peningkatan penjualan semen dan barang impor seperti barang modal dan bahan baku.

"Tersimpulkan bahwa peningkatan investasi terutama didorong oleh investasi non-bangunan dalam bentuk mesin, perlengkapan dan alat transportasi," ujarnya.

Dari sisi inflasi, menurut dia, di tahun 2009 inflasi mencapai level terendah dalam 10 tahun terakhir yakni 2,78 persen, terutama karena melambatnya permintaan, apresiasi rupiah dan penurunan "administered price".

Namun, inflasi di 2010 mulai meningkat terutama berasal dari melonjaknya harga bahan makanan dan kenaikan "administered price" seperti Tarif Dasar Listrik (TDL).

"Melonjaknya harga bahan makanan juga berdampak pada inflasi inti, antara lain melalui ekspektasi. Tingginya inflasi, secara umum berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih rendah," ujar Handar.(*)
(T.A058/S021/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010