Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta masih mengkhawatirkan kondisi lereng selatan Gunung Merapi pascaletusan, dan balai tersebut belum bisa memastikan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
"Batuan di lereng tersebut sudah tua, yaitu terbentuk dari lava 1911, dan sudah ada deformasi sekitar dua meter sebelum letusan dan tiga meter setelah letusan 2006 sehingga diperkirakan sudah ada retakan di lereng tersebut," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, apabila terjadi hujan yang lebat di puncak Gunung Merapi, dimungkinkan terjadi banjir lahar dingin yang mengarah ke sejumlah sungai di sisi selatan gunung seperti Kali Gendol, Kali Kuning dan Kali Boyong.
Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi mulai mereda dengan intensitas gempa vulkanik kurang dari 10 kali, gempa multiphase sekitar 30 kali dan guguran lebih dari 100 kali.
"Kemungkinan, getaran-getaran yang dirasakan penduduk di pengungsian adalah akibat adanya guguran material vulkanik tersebut," katanya.
Ia juga mengingatkan, meskipun aktivitas kegempaan di Gunung Merapi cenderung normal, hal tersebut belum dapat diartikan bahwa aktivitas gunung api tersebut sudah normal.
BPPTK mengatakan, belum terbentuk kubah lava baru yang menjadi salah satu ciri letusan Merapi. "Perjalanan magma yang stabil kadang-kadang tidak menimbulkan getaran," katanya.
(E013/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010