"Tim akan mendata kebutuhan yang diperlukan di 23 barak pengungsi Merapi di seluruh Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Koordinator Tim Peduli Merapi Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudibyakto di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, data tersebut akan disampaikan melalui sistem informasi daring sehingga bisa diakses oleh siapa pun yang berkepentingan. Tim itu akan menginventarisasi kebutuhan para pengungsi yang berada di kawasan Sleman.
Selain mendata kebutuhan cepat yang diperlukan para pengsungsi, tim relawan mahasiswa itu juga melakukan survei cepat kerentanan wilayah, baik dari bangunan fisik, sosial, maupun mengevaluasi kelayakan zonasi pemanfaatan ruang.
"Kami akan mendata tingkat kelayakan pemanfaatan ruang seperti kondisi lingkungan, bangunan rumah penduduk, dan segala macamnya," kata Sudibyakto.
Ia mengatakan, 30 mahasiswa itu selama satu pekan ke depan akan membuat pemetaan tingkat kerentanan dan kerusakan wilayah yang ditimbulkan letusan Gunung Merapi.
"Informasi tersebut akan disampaikan setiap hari ke posko UGM untuk pelaksanaan ujicoba SOP untuk tanggap darurat bencana Merapi," katanya.
Menurut dia, UGM, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Ditjen Dikti sedang menyusun SOP untuk lima jenis bencana di Indonesia, yakni gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, dan tanah longsor.
"Selama ini tidak ada pelaksanaan SOP dalam penanganan bencana, yang ada hanya kontigensi rencana dari masing-masing instansi," katanya.
Ia mengatakan, SOP penanganan bencana memang belum diberlakukan secara nasional karena masih dalam proses penyusunan tim ahli.
"SOP direncanakan selesai disusun pada Desember 2010. Aturan SOP ini akan diberlakukan secara nasional, dan bagi pihak yang tidak melaksanakan akan diberlakukan penegakan hukum," katanya.
(L.B015*V001/S018/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010