Jakarta, (ANTARA News) - "Tapi, di kehidupan di dunia nyata ini, terkadang kita tidak dapat melakukan semua hal."Kata-kata itu meluncur dari bibir Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dalam acara Pernyataan Tahunan Menlu RI di Gedung Deplu kompleks Pejambon, Jakarta, Kamis petang.Menlu bukan sedang mengeluh ketika mengucapkan kata-kata itu, ia hanya sedang berusaha menerangkan fakta mengenai riuhnya diplomasi di kehidupan nyata kepada kelompok punakawan Bagong, Gareng dan Petruk.Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Pernyataan Tahunan Menlu kali ini dikemas dalam sebuah pagelaran wayang kulit dalam bahasa Inggris yang dipentaskan oleh Kelompok Wayang Sena Wangi.Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 170 undangan yang terdiri dari para duta besar dan para diplomat negara-negara sahabat, tokoh nasional dan para pejabat Deplu itu tokoh Bagong yang dibawakan oleh dalang Ki Bagong Darmono mengajukan satu pertanyaan kepada Menlu."How Indonesia should deal with the current global situation?" tanya Bagong dengan didampingi oleh kedua saudaranya Petruk dan Gareng dengan logat Jawa yang samar sehingga memancing tawa para undangan.Menlu yang menyaksikan pertunjukan wayang bertajuk Duta Perdamaian itu dengan didampingi oleh sekitar 60 duta besar negara sahabat tersenyum ketika mendengar pertanyaan yang sekalipun diklaim sederhana oleh sang dalang namun membutuhkan jawaban yang tidak sederhana mengingat dunia saat ini dihadapkan pada krisis pangan, energi, keuangan global, ancaman pemanasan global dan konflik berkepanjangan di sejumlah negara."Indonesia juga berkomitmen untuk menciptakan perdamaian dunia namun dunia nyata berbeda dengan di dunia wayang, dimana dalang memiliki otoritas penuh untuk menentukan siapa yang menang dan kalah," jelas Hassan kemudian yang petang itu mengenakan baju tradisional Jawa berupa beskap hitam lengkap dengan penutup kepalanya.Sekalipun terdengar ironis namun kata-kata Menlu itu boleh jadi benar adanya. Apalagi apabila dikaitkan dengan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.Tahun 2009 baru bergulir 22 hari namun sudah lebih dari 1.000 warga sipil Palestina meregang nyawa akibat agresi militer Israel di wilayah yang dikendalikan Hamas tersebut.Dan sekalipun masyarakat internasional, termasuk Indonesia, berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan krisis kemanusiaan itu tapi tampaknya tidak terlalu banyak mendapatkan respon berarti dari pihak Israel.Bahkan resolusi No.1860 yang diadopsi dengan susah payah oleh Dewan Keamanan PBB pun tampaknya masih diabaikan oleh Israel sehingga dibawah inisiatif Indonesia Majelis Umum PBB harus menggelar sidang darurat yang ironisnya mengadopsi suatu resolusi yang dinilai lunak oleh Indonesia."Dunia nyata penuh dengan berbagai ketidakpastian, ... sebagaimana kemalangan yang menimpa rakyat Gaza," ujar Menlu.Dalam paparannya, Menlu mengatakan bahwa sebagaimana dalam babak pertama pementasan wayang tersebut dapat diambil pelajaran bahwa peperangan antara kebaikan dan kejahatan tidak menghasilkan apa-apa kecuali penderitaan bagi orang banyak sebagaimana yang terjadi di Gaza."Dunia saat ini menyaksikan bahwa pihak yang kuat dapat menghancurkan apapun yang mereka inginkan tanpa menanggung konsekuensi dan seluruh dunia hanya menjadi penonton," katanya merujuk fakta bagaimana sebagian besar warga dunia dapat menikmati peristiwa pembunuhan massal itu dari ruang tamu atau kamar tidur pribadi akibat kecanggihan teknologi televisi.Pementasan wayang yang berlangsung lebih kurang 1,5 jam itu terbagi dalam dua babak, di babak pertama terjadi "goro-goro" dimana kebaikan berada diambang kehancuran sedangkan babak kedua dibuka dengan penampilan wayang orang yang membawakan sendratari mengenai perang antara kebaikan dan kejahatan.Secara keseluruhan alur cerita pertunjukan wayang tersebut adalah peperangan antara kebaikan yang diwakili oleh kerajaan Amarta --tempat para Pendawa-- dengan kejahatan yang disimbolkan oleh kerajaan Giribraja.Alkisah Raja Giribraja berambisi menyatukan 100 negara tetangganya dibawah kekuasaannya. Ia berhasil menyatukan 97 negara kecuali Amarta, Dwarawati dan Mandura. Ditemui seusai pertunjukan, Menlu mengatakan adalah idenya untuk menggabungkan diplomasi dengan budaya guna menyampaikan pesan perdamaian.Menurut dia, selain untuk menampilkan kesenian khas Indonesia yaitu kisah dalam wayang memiliki kedekatan dengan kehidupan nyata."Ada banyak pesan dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, yang perlu kita lakukan hanya mengidentifikasi dan menangkap pesannya," ujarnya.Khusus untuk memeriahkan acara tersebut seluruh pejabat eselon I dan II di lingkungan Deplu memang mengenakan pakaian tradisional Jawa itu dalam berbagai warna, tidak terkecuali para staf penerima tamu.Bagi sebagian besar orang Indonesia, busana tradisional biasanya hanya dikenakan dalam waktu-waktu yang khusus sehingga wajar jika sejumlah besar pejabat Deplu tampak sedikit kerepotan dengan busananya."Setelah 23 tahun, ini adalah kali kedua saya pakai beskap. Saya pertama kali memakainya sewaktu menikah," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Teguh Wardoyo mengenai beskap coklat yang dikenakannya.Sementara itu karena pertunjukan wayang ditampilkan dalam bahasa Inggris dengan pesinden Elisabeth --warga negara AS-- yang mahir bahasa Jawa maka jalannya cerita dalam dipahami sepenuhnya oleh para duta besar negara sahabat.Sebagian besar dari mereka mengikuti jalannya pertunjukan dengan antusias, beberapa bahkan memilih berdiri dari kursinya agar dapat melihat kemahiran sang dalang memainkan wayangnya dengan lebih jelas.Adegan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan yang ditampilkan melalui sendratari pertempuran Pangeran Arjuna dengan para raksasa tampaknya juga menjadi adegan favorit karena diiringi musik yang lebih cepat."Sederhana karena hanya dua dimensi tapi sangat bagus dan impresif, sangat menarik dan cantik," kata Duta Besar Jepang ketika diminta pendapatnya mengenai pertunjukan itu.Ia merupakan satu dan sejumlah duta besar yang mengikuti jalannya pertunjukan dengan serius.Ditemui dalam acara ramah tamah yang menyediakan aneka panganan khas Indonesia, termasuk kelezatan kopi Indonesia itu, ia mengaku memahami pesan yang coba disampaikan sang dalang."Sangat bagus bagaimana pesan dapat sampai melalui budaya," katanya.Dan sebagaimana yang dikatakan oleh Menlu jika sang dalang memiliki otoritas penuh dalam suatu pagelaran, di akhir cerita kebaikan sudah pasti berhasil mengalahkan kejahatan.Amarta dengan para ksatrianya berhasil menundukkan Giribraja dan mewujudkan perdamaian. Sementara itu perdamaian di Gaza entah kapan baru akan terwujud, sekalipun Presiden AS Barack Hussein Obama yang diharapkan dapat membawa perubahan telah dilantik pada 20 Januari 2009.(*)
Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009