Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 23 jenazah korban awan panas Gunung Merapi mulai diberangkatkan menuju ke pemakaman di Sidareja Umbulharjo Cangkringan, Rabu, sekitar pukul 09.45 WIB, dari Instalasi Kedokteran Forensik RS Dr Sardjito Yogyakarta, termasuk jenazah Mbah Maridjan.

Ratusan masyarakat yang berada di rumah sakit atau masyarakat yang sengaja datang ke rumah sakit itu memenuhi jalan ke luar instalasi tersebut untuk melihat secara langsung proses pemberangkatan jenazah yang dilakukan dengan menggunakan mobil jenazah dan ambulans.

Seluruh jenazah korban awan panas Merapi tersebut kemudian akan dimakamkan secara bersama-sama di Sidareja Umbulharjo Cangkringan, Sleman.

"Mereka bukan dimakamkan massal dalam satu liang, tetapi dimakamkan bersama-sama dengan liang berbeda," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RS Sardjito Trisno Heru Nugroho di sela-sela serah terima jenazah kepada keluarga.

Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pembangunan dan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sleman Sunartono menjadi wakil dari Pemerintah Kabupaten Sleman dalam serah terima tersebut.

Kepala Bidang Kedokteran Kepolisian Polda DIY sekaligus Ketua Tim "Disaster Victim Identification" (DVI) Agustinus mengatakan, seluruh jenazah telah teridentifikasi menggunakan data-data sekunder yaitu ciri fisik.

"Untuk melakukan identifikasi dengan data primer cukup menyulitkan karena sebagian besar jenasah sudah tidak mempunyai sidik jari," katanya.

Untuk melakukan identifikasi berdasarkan rekam gigi, lanjut dia, juga tidak memungkinkan karena seluruh jenazah tersebut tidak memiliki rekam gigi.

Khusus untuk jenazah Mbah Maridjan, Agustinus juga mengatakan, identifikasi lebih ditekankan dengan data-data sekunder, dan meskipun data tersebut tidak sekuat data primer, namun pihaknya mengatakan dua ciri sekunder sudah mencukupi.

Jumlah total korban meninggal akibat letusan Gunung Merapi yang diterima di RS Dr Sardjito berjumlah 32 orang yang terdiri atas 25 orang korban meninggal di tempat kejadian dan sisanya korban yang meninggal setelah dirawat intensif di rumah sakit tersebut.
(E013/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010