Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan film dokumenter mengenai kisah kepahlawanan Ari dan Soenoe, dua pemuda yang tercatat sebagai tokoh peletak dasar lembaga geologi dan pertambangan di Indonesia.

"Peran mereka berdua menjadi mata rantai penting dalam sejarah Indonesia merdeka, yang dimiliki sektor pertambangan dan energi di Indonesia," kata Menteri ESDM Darwin Z Saleh kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Darwin menjelaskan, film dokumenter untuk menyambut Hari Sumpah Pemuda itu bercerita tentang pemuda dan kepahlawanan di negeri ini yang seperti tidak ada habisnya.

"Mungkin saja banyak di antara kita tidak kenal tentang dua pemuda bernama lengkap Arie Frederick Lasut dan Soenoe Soemosoesastro itu. Namun mereka adalah pemuda yang banyak jasanya, antara lain menyusun dan menyelamatkan dokumen penting tentang data-data mengenai tambang dan geologi Indonesia," katanya mengenang kepahlawanan mereka.

Menurut dia, film dokumenter ini bukan sekadar film perjuangan, tetapi film tentang kehidupan yang asli. "Supaya bangsa ini mengetahui bahwa Indonesia yang dikenal kaya sumber daya alam itu juga memiliki pahlawan dengan episode tentang kemineralan," katanya. Mereka, ujarnya lagi, bisa memberikan inspirasi kepada kaum muda di negeri ini.

Kisahnya bermula dari upaya penjajah yang ingin mengeksploitasi kekayaan alam di negeri ini. Penjajah Belanda sadar betul akan pentingnya penguasaan informasi tentang bahan tambang dan mineral yang terkandung di bumi nusantara. Maka seluruh data dan informasi di bidang geologi dan pertambangan secara eksklusif dikuasai oleh Belanda.

Karena itu, tak heran kalau tidak ada satupun tenaga dari golongan pribumi yang memiliki kesempatan untuk menjadi tenaga ahli di bidang pertambangan. Tenaga pribumi waktu itu yang paling tinggi adalah sebagai mantri atau opnemer yang menjadi tulang punggung pekerjaan di lapangan. Selebihnya, dalam hal pekerjaan di pertambangan, tenaga ahlinya dikuasai bangsa penjajah.

Menjelang Perang Dunia II, Pemerintah kolonial Belanda memberikan kesempatan kepada pribumi untuk mengikuti Kursus Asisten Geologi di Bandung, yang lulusannya langsung bekerja di Dienst van den Mijnbouw (Dinas Pertambangan ketika itu). Beruntung ada dua siswa bumiputera terjaring mengikuti kursus tersebut, yaitu Arie Frederick Lasut dan Soenoe Soemosoesastro.

Arie dan Soenoe menyelesaikan pendidikan pada tahun 1941. Mereka langsung diangkat menjadi pegawai di lingkungan Dienst van den Mijnbouw yang tugasnya membantu para ahli geologi di lapangan. Belum lama Arie dan Soenoe bekerja, pada tahun 1942 Jepang menduduki Nusantara. Keberadaan Dienst van den Mijnbouw

pun berakhir, dan diubah oleh Pemerintah Jepang menjadi menjadi Chishitsuchosacho. Pemuda Arie dan Soenoe melanjutkan pekerjaan di lembaga yang telah dikuasai Jepang itu.

Ketika Indonesia merdeka, terjadi pengambilalihan kantor Chishitsuchosacho oleh Pemuda Indonesia termasuk Arie dan Soenoe, dan menggantikan Chishitsuchosacho menjadi Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG). Arie diserahi tugas menjadi Kepala Djawatan dan Soenoe sebagai wakilnya.

Agresi Belanda yang membonceng Pasukan Sekutu pada awal kemerdekaan berniat menguasai kembali kantor PDTG. Namun berkat perjuangan yang gigih dari Arie dan Soenoe ? bersama rekan sejawatnya ? PDTG tetap mereka pertahankan sampai "tetes darah terakhir". Mereka gigih menyelamatkan dokumen geologi dan tambang Indonesia dari incaran pasukan Belanda.

Desakan tentara Belanda membuat Arie dan kawan kawan mengungsi dengan membawa dokumen-dokumen penting itu berpindah-pindah tempat dari kantor PDTG di Rembrandt Straat (sekarang Jalan Diponegoro) ke Jalan Braga di Bandung, lalu mengungsi ke Tasikmalaya, lari ke Magelang hingga ke Yogyakarta, sebelum akhirnya kembali lagi ke Bandung.

Ketika dalam pengungsian di Magelang dan Yogyakarta, pada tahun 1946 Arie dan Soenoe mendirikan sekolah untuk mendidik para calon mantri geologi. Ketika itu mereka tahu bahwa masih sedikit orang Indonesia yang memiliki keahlian di bidang geologi dan tambang. Mereka juga memprakarsai pembukaan cabang PDTG di Bukittinggi, dan sempat memimpin penyelidikan geologi di beberapa tempat di Indonesia.

Karena pengetahuannya tentang pertambangan dan geologi di Indonesia dan usaha keras Arie dalam mempertahankan dokumen pertambangan serta karakter yang tidak mengenal kompromi menjadikan Arie sebagai incaran pihak Belanda. Sementara Soenoe memelopori pengalihan istilah untuk pertambangan dan geologi dari Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Indonesia.

Menteri Darwin menegaskan bahwa film ini perlu ditonton oleh generasi muda sekarang sehingga mereka akan bersyukur telah dilahirkan di bumi Indonesia, tanah yang telah melahirkan tokoh-tokoh berdedikasi untuk bangsa, tidak untuk suku atau golongan. "Perjuangan dua pemuda itu merupakan legenda hidup yang sebenarnya. They are truly living legend," katanya.

Sejarah membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang terlahir dalam sosok yang sangat beragam, baik suku, agama, maupun budaya, ujar Darwin.(*)
(F004/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010