Jakarta (ANTARA News) - Penelitian yang melibatkan pengunduhan lebih dari tiga miliar profil Facebook, menyediakan gambaran terbesar metode yang digunakan oleh para "spammer" jejaring sosial terbesar di dunia.

Penelitian, dipimpin oleh peneliti di Northwestern University, menemukan ratusan hingga ribuan pesan sampah. Mayoritas dikirim oleh akun pengguna yang disepakati dalam mengkoordinasi kampanye yang mirip dengan yang dilakukan e-mail spammer.

"Bagi pengguna biasa, itu sebagian besar masih menjadi mitos, tetapi spam menjadi masalah besar bagi Facebook," kata Yan Chen dari Northwestern, pemimpin penelitian.

"Laporan kepercayaan" (semacam sertifikat kompetensi) yang dijual online oleh pengguna juga memotivasi para peneliti," kata Ben Zhao di University of California, Santa Barbara, yang bersama koleganya juga menyumbang pada penelitian.

Penelitian itu akan dipresentasikan pada "Internet Measurement Conference" di Melbourne, Australia, bulan depan.

Kelompok Zhao sebelumnya sudah mengumpulkan sekelompok data sekitar 11 juta profil Facebook dengan mengeksploitasi fitur Facebook yang "dihentikan" yang menyebabkan pengguna dalam jaringan regional membagi informasi profile mereka dengan pengguna lain secara teledor.

Data selama tiga bulan, dikumpulkan dalam pertengahan 2009 dan mewakili sekitar 3.5 miliar orang, digunakan dalam penelitian.

Para peneliti mencari "spam" dalam 190 miliar pesan yang di posting di "wall" profil pengguna oleh pengguna lain--dengan berburu alamat web. Bahkan bila alamat-alamat itu sengaja dikaburkan. Pesan "wall" dikelompokkan dalam kelompok-kelompok berisi alamat web sama sebelum kelompok jahat dipisahkan dari link yang tidak menyebarkan "spam" dengan melindungi alamat-alamat menggunakan layanan keamanan web.

Zhao mengatakan, umumnya, 200.000 "spam" di posting dari 57.000 akun pengguna berbeda yang diambil dari 208 miliar postingan yang berisi link web. Posting spam ini dihasilkan oleh 23 miliar pengguna. Penelitian merupakan yang pertama dalam memeriksa aktivitas spam dan tampil dalam skala. Dan, itu menunjukkan Facebook saat ini merupakan "platform" utama bagi aktivitas itu.

"Hasilnya agak mengejutkan bagi saya, bahkan tahun lalu ada banyak kegiatan. Saya kira ini pelopor sesuatu akan muncul, sebagaimana Facebook lebih memikat jenis perhatian yang salah," kata Zhao.

Banyak pesan menggoda pengguna dengan menawarkan sogokan gratis seperti "ringtone," atau menggunakan jebakan sosial seperti mengumumkan bahwa seseorang "naksir" mereka. Sekitar 70 persen pesan "serangan phising." Artinya, mereka mengarahkan pengguna ke situs yang mencoba mengelabui mereka untuk membocorkan informasi personal. Tetapi, pada umumnya berusaha mendapatkan detail akun Facebook. Strategi itu bisa membantu mengedarkan lebih banyak "spam."

"Kami berharap penyerang pada umumnya akan menciptakan akun baru untuk mengirim serangan "spam." Tetapi, faktanya, biasanya dikirim melalui akun yang disepakati. Menciptakan akun baru mungkin lebih berat, tetapi itu lebih efektif untuk mengirim "spam" kepada teman-teman yang nyata," kata Chen.

Akun berbeda sering mengirim "spam" sama. Kadang-kadang secara serentak merusak aktivitas.

"Ini kampanye spam yang dikoordinir, sebagaimana kita lihat dalam spam e-mail," kata Zhao dikutip oleh sebuah media besar dunia.

(ENY/S026)

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010