Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan probabilitas hujan ekstrem yakni >10 mm per hari selama Agustus 2021 terkonsentrasi di timur Indonesia yaitu Maluku, Sulawesi, Papua dan menurun di September-Oktober 2021.
"Pada November 2021-Januari 2022, probabilitas hujan ekstrem terjadi di barat Indonesia yakni di Sumatra dan Jawa," ujar peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Antariksa Lapan Erma Yulihastin dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Prediksi akumulasi curah hujan bulanan menunjukkan hujan Desember 2021-Januari 2022 di barat Indonesia cenderung menurun dibandingkan rata-rata klimatologinya.
Kondisi anomali yang lebih basah diprediksi terjadi di bagian timur Indonesia akibat dari pergerakan konveksi secara zonal dari barat ke timur.
Baca juga: Modifikasi cuaca tak cegah hujan presisten di Jakarta
Baca juga: Siklon tropis menghindarkan Jawa bagian barat dari hujan ekstrem
Erma menuturkan Indian Ocean Dipole Mode (IODM) diprediksi berpotensi memusatkan aktivitas awan dan hujan di selatan-barat Indonesia.
"Kondisi basah ini diprediksi akan menetap hingga November 2021 yang didukung oleh prediksi pembentukan La Nina kembali," tutur Erma.
Sementara aktivitas gelombang Kelvin di laut dan di atmosfer diprediksi mengalami penguatan dan mendorong pergerakan zonal sel konveksi di wilayah Indonesia dari barat ke timur sejak Agustus hingga Desember 2021.
Vorteks di Samudra Hindia diprediksi masih terjadi selama Agustus-September dan dapat memperparah kondisi basah di Jawa dan sebagian Sumatra selama musim kemarau di bulan Agustus-Oktober.
Erma mengatakan intensitas dan frekuensi hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian utara (Sumatra, Kalimantan) dan timur (Papua) masih tinggi selama Juli hingga menimbulkan banjir Aceh, Kalimantan Barat, dan Papua utara.
Peningkatan hujan Sumatra bagian utara karena pengaruh anomali monsun musim panas India (Indian Summer Monsoon Index) yang memiliki penguatan dua kali dari kondisi rata-rata di Juli. Penguatannya menimbulkan banjir parah India dan China.
Peningkatan hujan Kalimantan bagian barat berkaitan dengan aktivitas vorteks di Samudra Hindia yang pecah menjadi garis badai (squall line) yang masuk ke Laut Jawa dan menuju Kalimantan barat.
Sedangkan peningkatan hujan bagian timur Indonesia berkaitan dengan penghangatan suhu permukaan laut perairan Indonesia sektor laut Banda-Arafura yang berpotensi meningkatkan kelembapan hingga hujan persisten di wilayah itu.*
Baca juga: LAPAN: Waspada cuaca ekstrem pada 20-21 Januari
Baca juga: Lapan peringatkan potensi banjir besar karena hujan ekstrem
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021